Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

Homili Minggu Adven IV/C/2009

HOMILI
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

Minggu Adven IV/C/2009

Pengantar
Sebagai persiapan terakhir menjelang Pesta Natal hari ini kita mendengarkan cerita Lukas tentang kunjungan Maria, wanita muda, kepada Elisabet, wanita berusia tinggi. Elisabet akan melahirkan Yohanes Pemandi, Maria akan melahirkan Yesus. Hubungan erat antara Maria dan Elisabet akan diteruskan dalam hubungan Yesus dan Yohanes Pemandi, putera masing-masing. Marilah kita berusaha menangkap makna dan pesan yang disampaikan Lukas dalam cerita tentang pertemuan kedua tokoh wanita itu.

Homili
Dalam diri kedua wanita : Elisabet dan Maria tampilah bagi kita teladan orang, yang hidupnya dijiwai dan dibimbing oleh iman secara sadar. Maria sebagai wanita muda yang mengandung Yesus, ketika mendengar dari Gabriel berita tentang Elisabet, yang juga sedang mengandung, ”bergegaslah” ia pergi mengunjunginya. Dan ketia Maria sudah menempuh jarak sekitar 150 km (dari Nasaret ke El Karim) tiba di rumahnya, Elisabet memberi salam kegembiraan dan penghormatan kepada Maria. Apakah latar belakang pertemuan kedua wanita yang sedang mengandung itu?
            Ketika mendengar salam dari Maria, Elisabet berseru kepadanya “diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”. Bukan hanya Elisabet, tetapi anaknya yang masih dalam kandungannya pun “melonjak kegirangan”. Elisabet dapat berbuat demikian, karena ia “penuh dengan Roh Kudus”. Ia sangat bergembira, sebab Maria yang mengandung anak yang disebut “Tuhanku”, datang mengunjungi dia. Hanya berkat imannya yang diterangi Roh Kudus, Elisabet yang telah berusia tinggi dapat mengalami semuanya itu.
            Maria Sesudah beberapa waktu mendengar berita tentang Elisabet, sanaknya berusia tinggi, yang sudah mengandung enam bulan itu, “bergegaslah….ke pegunungan, menuju sebuah kota di wilayah Yehuda” (El karim) mengunjungi Elisabet. Maria ini tokoh wanita yang sungguh hidup berpegang iman. Terdorong oleh keyakinan imannya itu ia bergegas, ibaratnya cepat-cepat, tanpa ragu-ragu, karena mau menyampaikan salam bahagianya kepada Elisabet yang mengandung dalam lanjutnya. Maka reaksi Elisabet : “ Sungguh, berbahagialah ia ang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana”. Apa artinya?
Maria mengandung Yesus karena ia percaya. Apabila Maria tidak percaya, atau tidak memiliki iman, ia tidak mungkin menjadi ibu Yesus Penyelamat! Dia yang dikandung bukanlah hasil hubungan jasmani, tubuh dan darah, melainkan adalah karya Allah. Itulah kebahagiaan yang diperolehnya dari iman.
            Dari dua tokoh wanita yang ditampilkan kepada kita dalam waktu persiapan adven ini, ialah : Iman menjadikan mungkin apa yang tampaknya tidak mungkin.
            Pertama : berkat iman/kepercayaan yang benar dan mendalam apa yang nampaknya tidak mungkin bagi kita, selalu mungkin bagi Tuhan. Karena percaya, Elisabeth yang dianggap mandul, digunakan Tuhan untuk melahirkan Yohanes Pembatis, yang harus menyiapkan kedatangan Almasih. Dan maria karena percaya, meskipun belum menikah dengan Yusuf, dijadikan ibu Yesus sebagai Almasih. Almasih datang dalam diri Maria karena imannya. Almasih yang kita nanti-nantikan akan datang juga dalam diri kita, apabila kita sungguh-sungguh memiliki dan menyadari iman yang benar dan sungguh-sungguh menjiwai hidup kita.
            Kedua : kita diundang untuk memiliki dan menghayati sikap, hidup, perbuatan dan hubungan dengan orang lain seperti yang dimiliki dan dilakukan oleh Maria dan Elisabet. Kedua wanita, yang menghayati tugas panggilan mereka sebagai ibunda selalu berpegang pada iman dan hubungan persaudaraan tanpa perhitungan. Dari ceritera Injil hari ini yang sangat sederhana, kita dapat belajar sangat banyak hidup menurut keyakinan iman kita yang sungguh benar dan hidup.
            Mari kita menyiapkan  diri menyambut kedatangan Yesus Almasih dalam hati kita dengan semangat dan jiwa iman Elisabet dan Maria.

Jakarta, 19 Desember 2009
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...