Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

Homili Misa Malam, 24 Desember 2009 (C)

MISA MALAM, 24 DESEMBER 2009 (C)
Yes 9:1-6 Tit 2:11-14 Luk 2:1-14
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

PENGANTAR

          Malam Natal ini kita merayakan inkarnasi: Allah menjadi manusia. Nubuat Nabi Yesaya bagi “sisa kecil” dari bangsa Israel, yang dibuang ke Asiria, yaitu bahwa Almasih akan datang, menjadi suatu kenyataan. Paulus memberi nasihat kepada Titus, yang semula orang kafir dan kemudian percaya kepada Kristus, supaya bersyukur atas kebaikan Allah yang begitu besar. Dan Injil malam ini diwartakan kepada kita: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan”.

HOMILI

          Dalam rangka merayakan Hari Raya Kelahiran Yesus, Juruselamat kita, marilah kita bersama-sama pergi ke Betlehem. Marilah kita malam ini bersujud menghormati Yesus di palungan, terbaring di kandang hewan. Hiasan gereja Paroki kita Maria Bunda Karmel, sebagai latar belakang penempatan gua tempat kelahiran Yesus, memperlihatkan suatu kompleks bangunan gedung-gedung tinggi yang indah. Kita dapat mengartikannya sebagai gagasan seni dari pencipta gambaran yang berharga itu: yakni untuk memperlihatkan kontras antara dua kenyataan yang ada di jaman Yesus dan  juga di jaman kita sekarang ini. Dua kontras yang luarbiasa: istana Raja Herodes dan palungan Yesus Juruselamat di kandang hewan; gedung-gedung bertingkat dan gubug-gubug di kampung atau tepi sungai.
          Hati kita terkena, batin kita terasa tergugah lagi oleh kontras yang lebih hebat: inkarnasi. Yesus adalah Allah, tetapi menjelma menjadi manusia. Kita tercengang dan tidak mampu memahami betapa besar kasih Allah kepada kita! Justru setiap orang yang mengenal dirinya sebagai orang berdosa, akan makin tidak sanggup memahami jalan yang ditempuh Allah untuk menolong dan menyelamatkan manusia. Kesetiaan akan kasih-Nya dan pelaksanaan solidaritas-Nya yang total terhadap manusia ciptaan-Nya, - itulah latar belakang peristiwa penjelmaan Allah menjadi manusia di Betlehem. Sungguh suatu kontras: Allah menjadi manusia seperti kita, bukan karena kita memang layak, melainkan karena Ia setia akan kasih-Nya. Ia telah menciptakan manusia supaya mengambil dalam kebahagiaan-Nya yang abadi.
          Menghadapi peristiwa di Betlehem itu kita hanya dapat bersyukur kepada Tuhan, dan bertekad untuk dengan rendah hati untuk membalas kasih Yesus yang tiada batasnya. Ia telah menjadi manusia seperti kita, Ia menganggap kita sebagai saudara-Nya, dan mengundang kita mengambil bagian di dalam kebahagian-Nya. Ia datang mengundang kita!
          Maka sambil bergembira merayakan Hari Raya Natal, yang biasanya selalu dirayakan dengan meriah dengan segala macam cara, kita harus bersedia pula untuk bertanya kepada diri kita masing-masing: Apakah kita sungguh menyediakan tempat bagi Allah dalam hidup kita, di dalam hati kita? Atau sebaliknya, pikiran dan hati kita terlalu penuh dengan urusan lain, dengan aneka kegembiraan atau kesukaan lain, atau penuh kecemasan dan ketakutan? Atau terlalu penuh dengan ambisi, kedudukan, kekuasaan, kenikmatan, sehingga tiada tempat lagi bagi Tuhan, seperti dialami Yesus di Betlehem?
          Kita merayakan Natal, dan Yesus kini pun berdiri di depan pintu hidup kita. Adakah tempat bagi Dia di dalam hati kita. Semoga kita semua bersedia turun dari bangunan-bangunan megah hidup kita, seperti ibaratnya terlukis di hiasan latar belakang gua di Betlehem, seperti kita lihat itu, dan turun terjun menjumpai Yesus yang hadir di dalam hati orang-orang yang sederhana. Tidak perlu kita pergi ke Betlehem di Palestina untuk bertemu dengan Kanak-Kanak Yesus. Betlehem ada di mana-mana, juga di daerah kita, di kota Metropolitan yang megah ini, terutama di kalangan saudara-saudari kita yang tempat kediaman dan keperluan hidupnya yang wajar pun belum terpenuhi.
          Tetapi kita baru akan mau, siap dan rela mengunjungi Yesus  di Betlehem-Betlehem itu, apabila kita sendiri bersedia membuka pintu kita untuk memberi tempat bagi Yesus di dalam hati kita. Mari kita merayakan Hari Raya Natal ini dengan sukacita sejati dalam hati. Semoga perayaan Natal ini sungguh memperkaya hidup kita. Hati kita akan mengalami damai sejahtera yang sebenarnya. Selamat Hari Raya Kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat kita. A m i n .

Jakarta, 23 Desember 2009

________
Lihat Harian Kompas, Kamis, 24 Desember 2009, kol. 1ss: Renungan Natal,
“Bukan Buaya atau Cicak” (Mgr. I. Suharyo).
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...