H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PRAPASKAH II/C/2010
28 Februari 2010
28 Februari 2010
Kej 15:5-12.17-18 Fil 3:17-4:1 Luk 9:28b-36
PENGANTAR
Hari ini kita mendengarkan Injil Lukas tentang Transfigurasi Yesus, atau penampakan Yesus yang dimuliakan, di gunung Tabor. Langsung sebelum ceritera tentang kemuliaan Yesus ini Lukas justru menulis: “Yesus berkata:<Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga >” (Luk 9:22). Dalam gambaran kontras antara penderitaan dan kematian di satu pihak, dan kemuliaan Yesus di lain pihak inilah hari ini pesan berita Lukas tentang transfigurasi Yesus kepada kita.
HOMILI
Lukas sesudah berceritera (Luk 9:22-27), bahwa Yesus sendiri harus menderita, mati dan bangkit, langsung memberitakan transfigurasi-Nya, yang merupakan gambaran kemuliaan-Nya. Jadi penderitaan Yesus akhirnya membawa-Nya kepada kemuliaan.
Lukas sesudah berceritera (Luk 9:22-27), bahwa Yesus sendiri harus menderita, mati dan bangkit, langsung memberitakan transfigurasi-Nya, yang merupakan gambaran kemuliaan-Nya. Jadi penderitaan Yesus akhirnya membawa-Nya kepada kemuliaan.
Sejak dalam Perjanjian
Lama peristiwa atau momen-momen yang penting, besar dan mulia
berlangsung di gunung-gunung tinggi. Misalnya Yahwe berbicara kepada
Musa di Gunung Sinai. Elias disapa Yahwe di gunung juga. Juga dalam
Perjanjian Baru: Yesus pergi dan naik ke gunung untuk berdoa (Luk 6:12;
22:39-41). Dalam Minggu Prapaskah I yang lalu kita melihat Yesus 40
hari godaan di padang gurun, tetapi hari ini kita diajak melihat Yesus
dalam kemuliaan-Nya. Tetapi di samping Tabor masih ada gunung atau
bukit lain, yang bukan menunjukan kemegahan dan kemuliaan, melainkan
kehinaan Yesus, yaitu gunung Golgota!
Dalam Injil hari ini
Lukas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yesus mendidik dan menyiapkan
murid-murid-Nya, agar supaya dapat menjadi pengikut-pengikut-Nya yang
benar dan setia!
Seperti terbukti
sampai akhir hidup-Nya, murid-murid Yesus masih belum memiliki gambaran
tentang Almasih yang sebenarnya. Almasih tetap digambarkan terlalu
secara manusiawi. Almasih dilukiskan sebagai Raja yang berkuasa, megah
istananya, mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya. Mereka belum bisa
memahami kata-kata Yesus ini: “Anak Manusia harus
menanggung banyak penderitaan dan ditolak...lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga.- Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut
Aku” (Luk 9:22-23). Karena itu mereka (meskipun hanya 3
orang) diajak Yesus naik ke gunung Tabor, agar tahu bahwa di manapun
dan dalam keadaan apapun Allah selalau hadir! Meskipun ada tantangan
dan godaan bagi Yesus di padang gurun, akhirnya ada kemuliaan juga
bagi-Nya di gunung Tabor.
Pengalaman Yesus
adalah teladan bagi kita. “Masa Puasa hidup kita”, bukan hanya Masa
Puasa liturgis 40 hari! Hidup kita adalah masa penuh godaan dan
tantangan, harus kita hadapi dengan penuh harapan.Tetapi untuk membawa
kita kepada gunung kebahagiaan.
Keinginan Petrus
untuk tetap tinggal dalam “keadaan enak” di gunung Tabor itu merupakan
suatu contoh keinginan manusia untuk tetap merasakan yang “enak”, aman,
memuaskan, menyenangkan, untuk menghinia tak mau menggabungkan diri
dengan masyarakat , di mana ada kesukaran, risiko, pertentangan dan
tantangan hidup. Demi “keamanan” dan jangan sampai kehilangan
kenyamanan hidup yang sudah dimiliki, ia hanya ingin merasakan yang
enak saja. Orang condong untuk tidak turun dari gunung kenyamanan dan
turun untuk menjumpai orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.
Mengapa Tuhan memperlihatkan kemuliaan Yesus hanya kepada 3 murid-Nya, dan tidak kepada semua orang? Mengapa kemuliaan Yesus di Tabor tidak jauhkan dari kehinaan-Nya di salib di Golgota? Transgfigurasi Yesus memberi pelajaran kepada kita, bahwa kehidupan mulia hanya dapat ditempuh dan dicapai lewat kematian.
Mengapa Tuhan memperlihatkan kemuliaan Yesus hanya kepada 3 murid-Nya, dan tidak kepada semua orang? Mengapa kemuliaan Yesus di Tabor tidak jauhkan dari kehinaan-Nya di salib di Golgota? Transgfigurasi Yesus memberi pelajaran kepada kita, bahwa kehidupan mulia hanya dapat ditempuh dan dicapai lewat kematian.
Petrus, Yakobus dan
Yohanes, yang diberi kesempatan melihat kemuliaan Yesus di gunung Tabor
diajak turun lagi dari gunung itu oleh Yesus. Artinya, “di bawah”, di
dalam masyarakat, di sana masih banyak orang yang harus diberitahu,
diberi keyakinan, bahwa Yesus adalah sungguh Penyelamat kita, yang
datang dari Allah. Karena itu meskipun akan menderita dan mati di
gunung Golgota, namun di gunung yang sama Ia akan bangkit kembali dan
dimuliakan, seperti telah dilambangkan di gunung Tabor.
Jakarta, 27 Febrauri 2010.