Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

Rabu Abu - 17 Februari 2010

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Rabu Abu
17 Februari 2010
Yoel 2:12-18   2 Kor 5:20-9:2   Mat 6:1-6.16-18

            Prestasi kemampuan, pelaksanaan dan hasil gemilang adalah pegangan dasar, yang harus dicita-citakan setiap orang, apabila ingin berbuat sesuatu secara profesional. Makan minum, latihan fisik maupun psikis, ketahanan dan disiplin diri, semua itu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi, bila ingin berprestasi.
           
Untuk merayakan Pesta Paskah, Hari Raya Kebangkitan Yesus Kristus, kita mulai hari ini diajak Gereja untuk berpuasa. Kita diajak mempersiapkan diri supaya perayaan Kebangkitan Kristus sungguh berdayaguna bagi hidup kita. Artinya supaya kita ikut bangkit bersama Dia.
           
Yesus pun ternyata harus berpuasa empatpuluh hari. Ceritera pendek tentang pengalaman-Nya dicobai setan di padang gurun merupakan suatu psikologi rohani yang fundamental bagi semua murid-Nya. Psikologi rohani tidak mengenal prestasi. Yesus pun bukan untuk berprestasi melaksanakan tugas perutusan-Nya, baik di hadapan Raja Yahudi, Pembesar Romawi di Palestina, maupun berhadapan dengan ahli-ahli Taurat dan Kitab Suci.

Bila masa puasa kristiani dapat menolong kita untuk ikut bangkit bersama Kristus menuju kepada kesadaran kita sebagai orang lemah dan berdosa, hasil itu bukan prestasi puasa atau matiraga kita, melainkan anugerah belaskasih Allah semata-mata.
Bila kita secara manusiawi dan kristiani ingin sungguh bergembira dalam hati atas perubahan batin yang dapat kita peroleh, maka kegembiraan itu bukan sebagai hasil prestasi kita sendiri, melainkan berkat keyakinan dan kesadaran kita, bahwa terhadap Tuhan kita harus selalu rendah hati.
           
Puasa dan pantang bentuk apapun tiada gunanya, bila bukan kita laksana-kan sebagai  sebagai ungkapan kerendahan hati. Inilah yang disebut pertobatan sejati. Orang yang sungguh bertobat tahu menempatkan dirinya, baik di  hadapan Allah, maupun juga terhadap sesama kita, siapa pun mereka itu?
Jangan sampai di hadapan Tuhan  kita, yang berkat baptis adalah sama-sama putera-puteri Allah, merasa lebih tinggi dari pada orang lain!  Yesus bukan menghindari atau menjauhi orang-orang kecil, orang-orang lemah dan berdosa, sebaliknya justru mendekati mereka sebagai sesama manusia. Adalah suatu dekristenisasi atau kekristenan palsu apabila kita tampak berpuasa dan berpan-tang, namun tidak tampak pula dalam sikap dan perlakuan kita terhadap sesama.
Jakarta, 16 Februari 2010
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...