H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU BIASA V/C/2010
07 Februari 2010
07 Februari 2010
Yes 6:1-2a.3-8 1 Kor 15:1-11 Luk 5:1-11
PENGANTAR
Hasil penangkapan ikan
luarbiasa bagi Petrus merupakan bukti, yang meyakinkan dirinya. Maka
ia tersungkur di depan Yesus dan berseru: “Tuhan, tinggalkanlaha aku, karena aku ini orang berdosa”. Tetapi seruan Petrus dijawab Yesus: “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia”!
HOMILI
Bagi orang “modern”
atau “maju” istilah “penjala/penangkap manusia” atau “gembala domba”
yang dipakai Yesus untuk menyebut rekan-rekan kerja-Nya (co-workers),
para rasul, terdengar kurang sedap, sebab dirasakan mengurangi martabat
atau kedudukan hidup dan karyanya untuk zaman ini. Dewasa ini orang
tak suka “ditangkap”, “dijala” orang lain, apalagi menjadi bagian dalam
kelompok domba! Kiranya istilah injili yang dipakai Yesus itu
membutuhkan keterangan.
Penangkap ikan maupun gembala
pertama-tama memikirkan kebutuhannya sendiri, bukan kebutuhan ikan
maupun dombanya. Gembala bukan memikirkan dan menggembalai domba untuk
kepentingan domba-nya, melainkan untuk hidupnya sendiri: untuk
memperoleh susu, bulu/ wol dan bahan makan. - Makna penangkap
ikan/gembala domba dalam Injil ternyata justru sebaliknya. Penangkap
ikan alkitabiah bertujuan melayani ikan-ikannya, dan gembala justru
berkorban demi dombanya, bahkan mengorbankan hidupnya. Manusia
“ditangkap”, “dijala”, bukan karena kesalahan atau kejahatannya,
melainkan justru untuk diselamat-kan!
Ibaratnya, kita naik
kapal, dan kapal itu di tengah laut diterjang ombak hebat, kapal hancur
dan kita terapung-apung di tengah ombak, lalu datanglah orang-orang
membawa tali atau papan untuk menyelamatkan kita. Maka mereka
“menangkap” kita bukan untuk merendahkan diri kita, sebaliknya untuk
menawarkan harapan untuk dapat hidup. Itulah makna istilah penangkap atau penjala manusia alkitabiah. Mereka menolong penyelamatan manusia di tengah ombak badai hidup, dan membantu siapapun yang mengalami bahaya maut.
Perlu direnungankan
lebih mendalam! Mengapa ada orang yang berperan sebagai penangkap ikan,
tetapi yang lain sebagai ikan? Atau ada yang tampil sebagai gembala,
ada pula sebagai domba? Latar belakang masalah ini disebabkan oleh
adanya perbedaan pengertian tentang hubungan/relasi dan perasaan di antara penangkap ikan dan ikan, di antara gembala dan domba. Seakan-akan di antara mereka ada ketidaksamaan, ketidaksetaraan, superioritas, minoritas.
Pada dasarnya tidak
seorang pun ingin berada sekadar menjadi suatu nomor belaka dalam suatu
kelompok. Tetapi kita harus berani membebaskan diri dari praduga atau
anggapan tak sehat. Dalam Gereja, yakni murid-murid Yesus, tidak
seorang pun adalah hanya seorang penangkap iman belaka atau seorang
gembala. Kita ini sebenarnya, seca-ra aneka ragam dan bentuk yang
berlainan, adalah sama. Seseorang bukan hanya seorang dokter, ia
sekaligus adalah seorang bapak dalam keluarga, dan anggota suatu
organisasi! Hanya Kristus sendirilah yang hanya penangkap ikan dan
bukan ikan, hanya gembala dan bukan domba!
Petrus sendiri,
sebelum menjadi penangkap manusia harus “ditangkap” dulu oleh Yesus,
dan itu berkali-kali. Misalnya ia harus “ditangkap” pada waktu akan
tenggelam, ketika berjalan di atas air dan merasa takut. Petrus
“ditangkap” juga ketika ia tidak mau mengakui Yesus sebagai Gurunya.
Petrus ternyata harus mengalami sendiri apa artinya merasa sendiri
sebagai “domba yang hilang”. Dengan demikian ia belajar apa artinya
menjadi gembala yang baik. Petrus harus “ditangkap”, diselamatkan dari
kedalaman kekecewaan atas ketidakberhasilan jerih payah semalam suntuk
di laut. Yesus “menangkap” Petrus, menyelamatkannya dari
ketidakberhasilannya dengan berkata: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. Petrus belajar dari pengelamannya sendiri untuk menjadi penangkap manusia yang baik.
Demikianlah segenap
orang kristen yang sudah dibaptis adalah seperti Petrus, sebagai orang
yang ditangkap/dijala bagaikan ikan, namun sekaligus menjadi penangkap
ikan juga, masing-masing menurut keadaannya sendiri. Imam adalah
penangkap ikan melalui pewartaan sabda Allah dan pemberian sakramen.
Kaum awam pun adalah penangkap ikan bagi orang lain melalui hidup dan
pekerjaan/karya mereka untuk “menangkap”, menyelamatkan orang lain dalam
bahaya hidupnya.
Dalam Injil ditulis,
bahwa Petrus dan teman-temannya minta orang–orang lain untuk membantu
mereka, sebab hasil penangkapan ikan mereka sangat besar! Dalam Tahun
Imam ini, Gereja mengajak kaum awam untuk ikut membantu pelaksanaan
tugas karya “penangkapan ikan” dan “penggembalaan” para imam. Sebab
hasil penangkapan ikan kita besar!
Amin.
Amin.
Jakarta, 6 Februari 2010