Antara Etika vs Pandai Matematika

Mengajarkan anak beretika sejak dini lebih baik dari pada mengajarkan etika diusia dewasa.

Alkisah Sebuah Pohon Alpukat dan Benalu

Setiap orang yang meremehkan dosa kecil sekalipun, akan terjerat oleh dosa yang lebih besar lagi.

Sekawanan Angsa dan Badai Salju

Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka.

Kisah Anak Penyemir Sepatu

Mulai sekarang, tidak ada satupun yang tidak ingin saya buat bagi Bapak. Semuanya saya mau lakukan untuk menyenangkan hati Bapak

Prosedur Perkawinan Gereja Katolik

Jika Anda adalah pasangan yang akan menerimakan Sakramen Perkawinan, atau akan menikah secara Katolik maka silahkan membaca artikel ini.

Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

Minggu Palma - 28 Maret 2010

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PALMA C/2010
Luk 10:28-40  Yes 50:4-7  Flp 2:6-11  Luk 22:14-23:56 (Luk 23:1-49)

PENGANTAR
          Pada hari Minggu Palma ini kita mendengarkan dua ceritera Lukas tentang Yesus. Yang pertama sebelum misa pada kesempatan pemberkatan palma-palma untuk menyambut kedatangan Yesus yang memasuki Yerusalem sebagai Raja. Rakyat berseru: Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Luk 19:38).Yang kedua ialah Injil dalam Misa Kudus ini, yaitu kisah tentang penderitaan dan kematian Yesus di salib.- Dua ceritera Injil yang tampaknya seolah-olah bertentangan/kontras itu, ternyata sekaligus menunjukkan kepada kita arti kemenangan sejati Yesus sebagai Raja!

HOMILI
          Penuh gairah dan kegembiraan penduduk Yerusalem menyambut Yesus:“Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja  dalam nama Tuhan!
Kemudian berturut-turut dalam kisah penderitaan Lukas, Yesus sesudah disambut begitu hangat sebagai Raja, diceriterakan urutan apa saja yang dilakukan dan dialami Yesus:
  1. Mengadakan sakramen Ekaristi dalam Perjamuan Malam (Luk 22:15-20).
  2. Percakapan dan pesan Yesus kepada murid-murid-Nya (Luk 22:21-38).
  3. Tuduhan dan perlakuan kekerasan kepada Yesus di hadapan Mahka-mah Agung (Luk 22:63-71). Kemudian di depan Pilatus (Luk 23:1-6)
  4. Yesus di hadapan Herodes dan dihadapan Pilatus untuk kedua kalinya (Luk 23: 7-16).
  5. Kata-kata yang disampaikan Yesus kepada perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus untuk disalib (Luk 23:27-32).
  6. Ucapan seorang penjahat yang juga digantung di salib (Luk 23:39-41).
  7. Kematian Yesus (Luk 23:46, 47b-49).
    
Dari ceritera Lukas itu tampillah tokoh atau sosok Yesus sebagai pembawa damai, yang mengatasi permusuhan dan kemarahan orang-orang Yahudi, dan seluruh proses penghakiman atas diri-Nya yang berlawanan dengan hukum. Yesus tampil sebagai model tokoh rekonsiliasi, pengampunan dosa dan damai. Di tengah perjuangan maut dan penghakiman atas diri-Nya itu tampaklah kerinduan hati Yesus, yang mau mendatangkan kesatuan/persatuan. Yesus ternyata mampu membuat Pilatus dan Herodes rukun menjadi sahabat (Luk  23:12). Tergantung di salib Yesus mengampuni orang-orang yang menganiaya-Nya (Luk 23:34), bahkan ketika menghadapi wafat-Nya Yesus berjanji akan membawa salah seorang penjahat ke Firdaus!
Dalam kisah kesengsaraan Yesus itu Lukas mau menunjukkan kepada kita, bahwa Yesus sungguh tak bersalah (Luk 23:4.14-15.22).Yesus adalah korban kekuasaan jahat (Luk 22:3.31.53).Yesus mati untuk memenuhi ke-hendak Bapa-Nya (Luk 22:42.46). Lukas menekankan betapa besar kasih, belaskasihan dan daya penyembuhan Yesus (Luk 22:51; 23:43). Yesus tidak berjalan sendirian menuju kematian-Nya, melainkan ditemani oleh orang-orang lain, yang mengikuti Dia memanggul salib hidup-Nya! (Luk 23:26-31.49).
Kisah sengsara Lukas memperlihatkan, bahwa palma kemenangan dan salib penderitaan bukanlah suatu pertentangan atau kontradiksi. Di sinilah letak intisari atau jantung hati misteri, yang diwartakan kepada kita selama Pekan Suci ini! Yesus merelakan  diri dengan sukarela untuk menderita. Ia bukan dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan apapun yang lebih perkasa daripada diri-Nya sendiri. Yesus secara sukarela menghadapi salib, tetapi dalam kematian-Nya ternyata Ia menang!
Lukas juga memperkenalkan model-model peranan kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus. Yaitu suatu model sikap bagaimana kita dalam hidup kita masing-masing dapat menghayati penderitaan Yesus sebagai perjalanan menuju kebangkitan kita sendiri. Salah seorang teladan di antaranya adalah Simon dari Kirene, yang diminta membantu memikul salib Yesus (Luk 23:26). Sosok Simon ini adalah gambaran seorang murid Yesus: Simon memikul salib Yesus dan memanggulnya dengan “mengikuti Yesus”. Apa yang dilakukan oleh Simon dari Kirene itu adalah pelaksanaan dari apa yang dikatakan Yesus sendiri: “Barangsiapa tidak memikul salibnya, dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:27).
Marilah kita memasuki Pekan Suci ini dengan tekad dalam hati: Bila kita ingin hidup mengikuti jalan Yesus, kita harus mau dan bersedia menyediakan diri berbuat baik untuk kepentingan orang lain.

Jakarta, 28 Maret 2010

Masa Prapaskah V/C/2010 - 21 Maret 2010

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PRAPASKAH V/C/10
Yes  43:16-21  Flp 3:8-14  Yoh 8:1-11
PENGANTAR
          Dalam Injil menurut Yohanes hari ini mengenai wanita pendosa, yang menurut hukum Taurat (Im 20:10) harus dilempari batu, ada dua percakapan: yang pertama antara Yesus dan para ahli kitab dan kaum Farisi, dan yang kedua antara Yesus dan si wanita pendosa. Dalam kedua percapakan itu kita dapat memperoleh keyakinan, bahwa belaskasihan mengalahkan kelemahan. Sungguh suatu ceritera injili yang mengharukan hati kita, namun terutama merupakan sumber ketenangan dan damai di dalam hidup kita.

HOMILI
          Kita makin mendekati Pesan Suci (mulai dengan Minggu Palma), di mana kita akan melihat perjuangan Yesus sebagai Penyelamat melawan kejahatan manusia (penderitaan dan kematian di salib). Menurut ceritera Injil hari ini seorang wanita yang berbuat zinah dibawa kepada Yesus, supaya Ia mengatakan pendapat-Nya. Menurut hukum Taurat wanita itu harus dihukum mati. Ternyata Yesus tidak mau langsung menjawab, Ia membungkuk dan menulis di tanah. Mereka mendesak supaya Yesus segera menanggapi dan menentukan sikap-Nya terhadap wanita pendosa itu. Akhirnya Yesus berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini!” Jawaban Yesus itu memperlihatkan kepada kita pengertian atau pandangan serta sikap Yesus yang sangat realistis terhadap kondisi manusia masing-masing. Maka orang-orang yang melaporkan perbuatan buruk orang lain itu akhirnya pergi dan mengundurkan diri satu per satu!
          Kemudian dalam tanggapan Yesus tersebut tampaklah sikap dan perlakuan manusiawi-Nya, yang begitu baik terhadap wanita, yang memang bersalah dan tidak dibenarkan dosanya, namun disertai pesan-Nya: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang!” Yesus tidak mengusir dan mengutuk wanita itu! Yesus tidak membenarkan dosanya!
          Apakah pesan lain yang disampaikan Injil hari ini kepada kita dalam ceritera tentang wanita pendosa itu? Mengetahui dan menunjukkan kesa-lahan, kelemahan, dosa orang lain juga berarti kesediaan dan kejujuran untuk mengakui, bahwa dirinya sendiri pun adalah pendosa. Orang yang melihat dosa orang lain pun membutuhkan belaskasihan Tuhan! Mewartakan Injil atau Kabar Gembira Yesus Kristus kepada orang lain, tetapi tidak mengakui dan menyadari kekurangannya sendiri serta menghayati perto-batan pribadi yang mendalam, dan merasakan sendiri kebutuhannya akan belaskasihan Allah, - orang semacam itu, baik disadri atau tidak, sebenarnya menentang dan tidak menghayati pertobatan yang dituntut oleh Yesus Kristus sendiri!
         
Inilah yang disampaikan Yesus kepada para ahli Kitab dan kaum Fa-risi; mereka harus memeriksa diri, apakah mereka itu pun adalah pendosa. Dan ketika mereka semua pergi, Yesus tinggal sendirian dengan wanita pendosa itu. St. Agustinus, yang sebelumnya pun adalah pendosa besar, berkata: “Relicti sunt duo, misera et misericordia” (hanya tinggal dua: “yang menderita” dan “belaskasihan” - , yakni wanita pendosa dan Yesus yang berbelaskasihan). Betapa indah kata-kata Agustinus, yang semula adalah pendosa besar, namun kemudian menjadi imam, uskup, bahkan pujangga Gereja!
          Yesus memandang si wanita, Ia tidak minta aneka keterangan. Ia menatap dan menyapa dia: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang mengukum engkau?” Tanggapan Yesus sungguh mengagumkan: “Aku pun tidak mengukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang!” – Tuhan tidak mengutuk manusia, Tuhan mengutuk dosa! Lawan atau musuh kita terbesar ialah kecenderungan berdosa.
          Di dalam hati kita masing-masing, dalam keluarga, dalam lingkungan kerja, di dalam masyarakat, di dunia ini, bahkan dalam Gereja ada banyak dosa dan kenistaan. Dunia dan Gereja membutuhkan belaskasihan Allah! Kita semua membutuhkan komunitas, keluarga, persekutuan, yang berbelas-kasih, yang tahu dan mau saling berbelaskasihan!
          Marilah kita semua tidak berdosa lagi mulai sekarang! Marilah kita saling berbelaskasihan!  Mari membangun komunitas orang-orang yang saling menyadari kelemahannya sendiri, dan saling berbelas-kasihan.

Jakarta, 20 Maret 2010

Masa Prapaskah III/C/2010 - 07 Maret 2010

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PRAPASKAH III/C/10
07 Maret 2010
Kel 3:1-8a, 13-15   1Kor 10:1-6, 10-12   Luk 13:1-9

 PENGANTAR
          Segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menjelang perayaan kebangkitan Yesus yaitu Paskah, hidup kita sebagai orang Kristen diarahkan kepada pertobatan sejati. Untuk itu kita diajak mengadakan masa puasa dan pantang. Dalam Injil hari ini Yesus berkata:“Jikalau kamu semua tidak bertobat, kamu  pun akan binasa”.
  
HOMILI
          Pada suatu hari Yesus mendengar berita, bahwa di Galilea sejumlah orang beribadat dengan mengadakan korban. Rupanya terjadilah kekacauan, sehingga otoritas Romawi mengadakan tindakan keras dan membunuh sejumlah orang. Darah mereka dicampurkan dengan darah binatang-binatang korban. Orang mengira, orang-orang itu dibunuh, karena dosa-dosa mereka lebih besar dari pada orang-orang Galilea lainnya. Yesus menegaskan: Tidak! Bukan demikian! Banyak orang berpendirian, bahwa keadaan hidup yang buruh, termasuk bencana alamiah, disebabkan oleh dosa-dosa manusia (buku Ayub). Tetapi Yesus menegaskan bahwa semua orang adalah pendosa. Karena itu dibutuhkan pertobatan! Demikian pula isi berita tentang bencana lain di Yerusalem, di mana 18 orang mati karena ditimpa menara dekat Siloan yang jatuh roboh. Tidak ada hubungan langsung di antara peristiwa di Galilea dan di Yerusalem tersebut. Namun ada kesamaan ajaran dan pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus, yakni tentang pertobatan. Penderitaan dan bencana, bahkan kematian yang dialami orang, bukanlah bukti bahwa mereka itu pendosa dan dosanya lebih besar dari lainnya!
          Memang ada pendosa-pendosa yang dihukum Tuhan di dunia ini. Tetapi adanya hukuman itu bukanlah bukti, bahwa dosa orang yang dihukum di dunia itu lebih besar atau berat dosanya! Yesus mau mengingatkan kita, bahwa hukuman yang sebenarnya ialah hukuman kekal sesudah kematian! Ukuran yang dipakai ialah sejauh mana setiap orang sungguh hidup dengan semangat bertobat.
          Yesus menggunakan perumpamaan tentang pohon ara. Setiap orang diseluruh dunia adalah pohon ara yang dimasudkan oleh Yesus. Semua orang adalah pendosa. Tetapi sekaligus Yesus menekankan, bahwa kerahiman atau belaskasihan Allah untuk mengampuni adalah tak terbatas! Meskipun demikian, manusia harus mempersiapkan diri untuk menerima kerahiman Allah. Waktu untuk persiapan itu, yakni waktu untuk hidup manusia sangat terbatas dan tidak sama. Tetapi kerahiman Allah adalah lebih besar dari pada besarnya dosa manusia!
          Tuhan tidak akan mengampuni dosa apapun, betapapun besar atau kecilnya, apabila tidak ada pertobatan. Yesus Kristus adalah pengantara Allah dan manusia. Tetapi Ia tidak akan menolong siapapun, apabila tidak ada pertobatan. Dengan kata lain, orang tidak akan diselamatkan, apabila ia tidak mau diselamatkan!
          Dalam perumpamaan tentang pohon ara dalam Injil hari ini pohon-pohon ara itu adalah orang-orang Yahudi, tetapi juga kita semua! Yang menanam adalah Tuhan Allah.  Dimaksudkan dan diharapkan agar pohon-pohon itu tumbuh, berkembang dan berbuah. Bila tidak berbuah, akan ditebang. Si pengurus kebun dalam perumpaan itu adalah Yesus. Yesus yang mau menyelamatkan pohon-pohon ara itu, yakni kita sekalian. Ia minta kepada Tuhan, agar diberi waktu secukupnya kepada kita untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik. Kita diberi kesempatan yang cukup  dalam hidup kita untuk berganti sikap, untuk sungguh serius terhadap nasib kekal kita kelak di kemudian hari. Apabila tidak berhasil, hal itu bukan disebabkan oleh ketidakadilan Allah, melainkan karena kesalahan kita sendiri. Maka pohon-pohon tak berbuah itu akan ditebang.
          Tuhan memberi waktu dan kesempatan kepada kita untuk berganti secara mendasar untuk sungguh mau hidup sebagai orang Kristen sejati. Kita diundang untuk sungguh-sungguh menyadari makna hidup kita sebagai orang kristiani yang sudah dibaptis. Dan dalam segala kelemahan kita, kita selalu diingatkan akan belaskasihan Allah yang tiada batasnya. Hidup beragama sejati, atau hidup rohani yang otentik bukanlah hidup semu atau hidup palsu. Hidup rohani sejati bukan sekadar melakukan ibadat atau ritualisme melulu!

Jakarta, 7 Maret 2010
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...