H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PRAPASKAH V/C/10
Yes 43:16-21 Flp 3:8-14 Yoh 8:1-11
PENGANTAR
Dalam Injil menurut Yohanes hari ini mengenai wanita
pendosa, yang menurut hukum Taurat (Im 20:10) harus dilempari batu, ada
dua percakapan: yang pertama antara Yesus dan para ahli kitab dan kaum
Farisi, dan yang kedua antara Yesus dan si wanita pendosa. Dalam kedua
percapakan itu kita dapat memperoleh keyakinan, bahwa belaskasihan
mengalahkan kelemahan. Sungguh suatu ceritera injili yang mengharukan
hati kita, namun terutama merupakan sumber ketenangan dan damai di
dalam hidup kita.
HOMILI
Kita makin mendekati Pesan Suci (mulai dengan Minggu Palma),
di mana kita akan melihat perjuangan Yesus sebagai Penyelamat melawan
kejahatan manusia (penderitaan dan kematian di salib). Menurut ceritera
Injil hari ini seorang wanita yang berbuat zinah dibawa kepada Yesus,
supaya Ia mengatakan pendapat-Nya. Menurut hukum Taurat wanita itu
harus dihukum mati. Ternyata Yesus tidak mau langsung menjawab, Ia
membungkuk dan menulis di tanah. Mereka mendesak supaya Yesus segera
menanggapi dan menentukan sikap-Nya terhadap wanita pendosa itu.
Akhirnya Yesus berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini!” Jawaban
Yesus itu memperlihatkan kepada kita pengertian atau pandangan serta
sikap Yesus yang sangat realistis terhadap kondisi manusia
masing-masing. Maka orang-orang yang melaporkan perbuatan buruk orang
lain itu akhirnya pergi dan mengundurkan diri satu per satu!
Kemudian dalam
tanggapan Yesus tersebut tampaklah sikap dan perlakuan manusiawi-Nya,
yang begitu baik terhadap wanita, yang memang bersalah dan tidak
dibenarkan dosanya, namun disertai pesan-Nya: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang!” Yesus tidak mengusir dan mengutuk wanita itu! Yesus tidak membenarkan dosanya!
Apakah pesan lain yang
disampaikan Injil hari ini kepada kita dalam ceritera tentang wanita
pendosa itu? Mengetahui dan menunjukkan kesa-lahan, kelemahan, dosa
orang lain juga berarti kesediaan dan kejujuran untuk mengakui, bahwa
dirinya sendiri pun adalah pendosa. Orang yang melihat dosa orang lain
pun membutuhkan belaskasihan Tuhan! Mewartakan Injil atau Kabar Gembira
Yesus Kristus kepada orang lain, tetapi tidak mengakui dan menyadari
kekurangannya sendiri serta menghayati perto-batan pribadi yang
mendalam, dan merasakan sendiri kebutuhannya akan belaskasihan Allah, -
orang semacam itu, baik disadri atau tidak, sebenarnya menentang dan
tidak menghayati pertobatan yang dituntut oleh Yesus Kristus sendiri!
Inilah yang disampaikan Yesus kepada para ahli Kitab dan kaum
Fa-risi; mereka harus memeriksa diri, apakah mereka itu pun adalah
pendosa. Dan ketika mereka semua pergi, Yesus tinggal sendirian dengan
wanita pendosa itu. St. Agustinus, yang sebelumnya pun adalah pendosa
besar, berkata: “Relicti sunt duo, misera et misericordia” (hanya
tinggal dua: “yang menderita” dan “belaskasihan” - , yakni wanita
pendosa dan Yesus yang berbelaskasihan). Betapa indah kata-kata
Agustinus, yang semula adalah pendosa besar, namun kemudian menjadi
imam, uskup, bahkan pujangga Gereja!
Yesus memandang si wanita, Ia tidak minta aneka keterangan. Ia menatap dan menyapa dia: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang mengukum engkau?” Tanggapan Yesus sungguh mengagumkan: “Aku pun tidak mengukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang!” – Tuhan tidak mengutuk manusia, Tuhan mengutuk dosa! Lawan atau musuh kita terbesar ialah kecenderungan berdosa.
Di dalam hati kita
masing-masing, dalam keluarga, dalam lingkungan kerja, di dalam
masyarakat, di dunia ini, bahkan dalam Gereja ada banyak dosa dan
kenistaan. Dunia dan Gereja membutuhkan belaskasihan Allah! Kita semua
membutuhkan komunitas, keluarga, persekutuan, yang berbelas-kasih, yang
tahu dan mau saling berbelaskasihan!
Marilah kita
semua tidak berdosa lagi mulai sekarang! Marilah kita saling
berbelaskasihan! Mari membangun komunitas orang-orang yang saling
menyadari kelemahannya sendiri, dan saling berbelas-kasihan.