H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Yes 60:1-6, Ef 3:2-3,5-6, Mat 2:1-12
Yes 60:1-6, Ef 3:2-3,5-6, Mat 2:1-12
PENGANTAR
Hari ini kita merayakan
Hari Raya Penampakan Tuhan (Epiphania Domini). Penampakan atau
penampilan diri setiap orang, direncanakan atau tidak, sangat penting.
Penampilan orang pertama di hadapan umum menen-tukan sikap atau
tanggapan mereka terhadap dirinya.
Hari ini kita diajak
menyambut Yesus, Penyelamat kita, yang menam-pakkan diri di Betlehem,
yang dewasa ini di mana-mana digambarkan terbaring di sebuah palungan
di gua atau gubug sederhana. Marilah kita ber-sama orang-orang majus
menghadap, bersujud dan menyembah Dia.
HOMILI
Cara memperkenalkan
diri atau tampil di hadapan umum sangat bera-neka ragam. Cara yang
paling polos, otentik, dan sungguh nyata seperti adanya dilakukan oleh
setiap bayi yang dilahirkan. Itulah yang dilakukan Yesus. Sangat
pentinglah bagi kita, yang merayakan penampakan Tuhan Allah kepada kita.
Ternyata jalan yang ditempuh oleh Allah yang menjadi manusia itu
begitu biasa, bahkan demikian sederhana, sehingga di kalangan
masyarakat sezaman-Nya pun sangat sederhana. Bukan menyolok, bukan
spektakuler!
Pater J.M.H. Nouwen
menulis sebagai berikut: “Saya ingin menulis bagi Anda mengenai kasih
Allah, yang menjadi nyata dalam Yesus. Bagai-mana kasih itu dinyatakan
melalui Yesus? Kasih itu dijadikan nyata melalui jalan turun. Itulah
rahasia agung penjelmaan. Allah telah turun kepada kita manusia agar
dapat menjadi manusia bersama kita. Dan sebagai seorang dari antara
kita, Ia merendahkan diri menjadi orang yang dihukum mati. Dalam hati tidak mudahlah untuk merasakan dan memahami jalan turun Yesus ini”.
Menanggapi isi renungan tentang “jalan turun”
itu, dalam Injil Matius hari ini kita dapat menyimpulkan tiga macam
sikap diri manusia terhadap jalan turun yang ditempuh Yesus Juruselamat
kita:
Pertama: “Orang-Orang Majus”, orang-orang asing terkemuka dari Timur, adalah kelompok orang yang baik hati maupun budinya terbuka dan peka terhadap tanda di langit tentang kedatangan Penebus.
Mereka serentak rela meninggalkan keluarga, milik, pekerjaannya dan
berani menggambil risiko mencari bayi Penyelamat di negeri asing.
Kedua: Di negeri Yahudi sendiri Raja Herodes dan penduduknya ter-kejut mendengar berita kelahiran Mesias. Dalam diri Herodes terungkap-lah pribadi manusia yang egois.
Sebagai raja ia melihat bahaya akan kehilangan kedudukannya.
Penampilan orang lain dianggapnya sebagai lawan. Para imam dan ahli
Taurat Yahudi tahu dari Kitab Suci, bahwa Mesias akan lahir di
Betlehem. Tetapi hati mereka beku, mereka tidak mencari benar atau tidaknya berita kedatangan Mesias itu. Mereka tidak ambil pusing. Mental masyarakat tidak berubah apapun!
Ketiga: Kelompok
ketiga terdiri dari orang-orang sederhana, yang tak punya pretensi
apapun, bahkan termasuk penduduk kota pinggiran: gembala-gembala.
Mereka ini orang-orang yang saling terbuka, saling berbagi baik dalam
kesukaan maupun kedukaan, dalam kelebihan atau kekurangan. Orang-orang
inilah yang mampu membaca tanda dari langit.
Ketiga macam
sikap itu dapat kita anggap sebagai alat cermin untuk memantulkan
kesungguhan atau kesejatian diri pribadi kita masing-masing. Allah menampakkan diri kepada kita manusia dengan menempuh JALAN TURUN. Allah
sudi menjadi manusia seperti kita. Ia yang agung menjadi kecil, Ia
yang menguasai segalanya menjadi miskin, Ia Raja semesta alam menjadi
bayi makhluk kecil di Betlehem. Gambar diri pribadi manakah yang terpantul dalam cermin penampakan Tuhan kita Yesus Kristus? Dengan
sikap manakah: Sikap ketiga majus dari Timur? Sikap Herodes atau para
ahli Taurat? Ataukah sikap gembala-gembala di padang rumput?
Marilah kita menyambut penampakan Yesus Kristus Tuhan kita dengan hati terbuka dan rendah hati, dan bersujud menyembah Dia. A m i n .
Marilah kita menyambut penampakan Yesus Kristus Tuhan kita dengan hati terbuka dan rendah hati, dan bersujud menyembah Dia. A m i n .
Jakarta, 1 Januari 2010