Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

Hari Raya Penampakan Tuhan - 03 Januari 2010

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Yes 60:1-6, Ef 3:2-3,5-6, Mat 2:1-12

PENGANTAR

          Hari ini kita merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan (Epiphania Domini). Penampakan atau penampilan diri setiap orang, direncanakan atau tidak, sangat penting. Penampilan orang pertama di hadapan umum menen-tukan sikap atau tanggapan mereka terhadap dirinya.
          Hari ini kita diajak menyambut Yesus, Penyelamat kita, yang menam-pakkan diri di Betlehem, yang dewasa ini di mana-mana digambarkan terbaring di sebuah palungan di gua atau gubug sederhana. Marilah kita ber-sama orang-orang majus menghadap, bersujud dan menyembah Dia.
HOMILI
          Cara memperkenalkan diri atau tampil di hadapan umum sangat bera-neka ragam. Cara yang paling polos, otentik, dan sungguh nyata seperti adanya dilakukan oleh setiap bayi yang dilahirkan. Itulah yang dilakukan Yesus. Sangat pentinglah bagi kita, yang merayakan penampakan Tuhan Allah kepada kita. Ternyata jalan yang ditempuh oleh Allah yang menjadi manusia itu begitu biasa, bahkan demikian sederhana, sehingga di kalangan masyarakat sezaman-Nya pun sangat sederhana. Bukan menyolok, bukan spektakuler!
          Pater J.M.H. Nouwen menulis sebagai berikut: “Saya ingin menulis bagi Anda mengenai kasih Allah, yang menjadi nyata dalam Yesus. Bagai-mana kasih itu dinyatakan melalui Yesus? Kasih itu dijadikan nyata melalui jalan turun. Itulah rahasia agung penjelmaan. Allah telah turun kepada kita manusia agar dapat menjadi manusia bersama kita. Dan sebagai seorang dari antara kita, Ia merendahkan diri menjadi orang yang dihukum mati. Dalam hati tidak mudahlah untuk merasakan dan memahami jalan turun Yesus ini”.
          Menanggapi isi renungan tentang “jalan turun” itu, dalam Injil Matius hari ini kita dapat menyimpulkan tiga macam sikap diri manusia terhadap jalan turun yang ditempuh Yesus Juruselamat kita:
          Pertama: “Orang-Orang Majus”, orang-orang asing terkemuka dari Timur, adalah kelompok orang yang baik hati maupun budinya terbuka dan peka terhadap tanda di langit tentang kedatangan Penebus. Mereka serentak rela meninggalkan keluarga, milik, pekerjaannya dan berani menggambil risiko mencari bayi Penyelamat di negeri asing.
          Kedua: Di negeri Yahudi sendiri Raja Herodes dan penduduknya ter-kejut mendengar berita kelahiran Mesias. Dalam diri Herodes terungkap-lah pribadi manusia yang egois. Sebagai raja ia melihat bahaya akan kehilangan kedudukannya. Penampilan orang lain dianggapnya sebagai lawan. Para imam dan ahli Taurat Yahudi tahu dari Kitab Suci, bahwa Mesias akan lahir di Betlehem. Tetapi hati mereka beku, mereka tidak mencari benar atau tidaknya berita kedatangan Mesias itu. Mereka tidak ambil pusing. Mental masyarakat tidak berubah apapun!
          Ketiga: Kelompok ketiga terdiri dari orang-orang sederhana, yang tak punya pretensi apapun, bahkan termasuk penduduk kota pinggiran: gembala-gembala. Mereka ini orang-orang yang saling terbuka, saling berbagi baik dalam kesukaan maupun kedukaan, dalam kelebihan atau kekurangan. Orang-orang inilah yang mampu membaca tanda dari langit.
          Ketiga macam sikap itu dapat kita anggap sebagai alat cermin untuk memantulkan kesungguhan atau kesejatian diri pribadi kita masing-masing. Allah menampakkan diri kepada kita manusia dengan menempuh JALAN TURUN.  Allah sudi menjadi manusia seperti kita. Ia yang agung menjadi kecil, Ia yang menguasai segalanya menjadi miskin, Ia Raja semesta alam menjadi bayi makhluk kecil di Betlehem. Gambar diri pribadi manakah yang terpantul dalam cermin penampakan Tuhan kita Yesus Kristus? Dengan sikap manakah: Sikap ketiga majus dari Timur? Sikap Herodes atau para ahli Taurat? Ataukah sikap gembala-gembala di padang rumput?
          Marilah kita menyambut penampakan Yesus Kristus Tuhan kita dengan hati terbuka dan rendah hati, dan bersujud menyembah Dia. A m i n .

Jakarta, 1 Januari 2010
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...