Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

Hakikat Dosa

Didalam menjawab pertanyaan "hakekat dosa", maka pembahasan kita tidak dapat lepas dari "makna hakekat" dan juga studi tentang "hakekat". Studi mengenai hakekat dikenal dengan ontologi, yaitu suatu bidang didalam filsafat.

Berikut adalah simplifikasi pengertian hakekat:

Q: "Mengapa manusia memiliki 2 kaki?"
A: "Karena 'sudah dari sananya' manusia memiliki 2 kaki"

Studi ttg hakekat pada dasarnya adalah mempertanyakan permasalah yang dihadapi secara terus-menerus (ontological question), sampai jawaban akhirnya adalah "sudah dari sananya". Kalimat "Sudah dari sananya" dianggap sebagai hakekat dari permasalahan yang dihadapi.

(Dalam arti yang lebih luas, ontological question tidak akan berhenti sampai disini saja, segala 'akibat' pasti memiliki 'sebab' dan hal tersebutlah yang dipahami sebagai hakekat, yakni: Suatu 'sebab' yang tidak memiliki 'penyebab')

Kembali pada tujuan menjawab permasalahan "hakekat dosa", maka pembahasan harus kembali kepada penciptaan manusia:

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,..." - Kejadian 1:26

Dari kutipan diatas, kita dapat melihat bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Pengertian disini bukanlah "benar-benar sama" tetapi "menurut...". Manusia adalah turunan (derivasi) dari Yang Sempurna, akan tetapi manusia sendiri tidak sempurna.

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. - Kejadian 2:7

Dari Kejadian 2:7 diatas kita dapat melihat bahwa manusia dibentuk dari debu tanah yang kemudian Dihembusi-Nya nafas hidup. Hal ini menjawab mengapa manusia yang dicipta menurut gambar Yang Sempurna tidak dengan serta-merta menjadi sempurna. Yaitu karena manusia terdiri atas 2 substansi: Debu tanah yang bersifat fana dan nafas hidup ilahi yang bersifat kekal. Akibatnya manusia memiliki sifat keterbatasan & kesementaraan maupun sifat kemuliaan & kekekalan

(Manusia diciptakan dari material yang sudah ada, yaitu material yang SUDAH diciptakan-Nya, yaitu debu tanah. Kata yang digunakan untuk 'membentuk' adalah יצר {yâtsar, formed} yang berbeda dengan kata yang digunakan dalam Kej 1:1 untuk 'menciptakan' yaitu בּרא {bârâ', created}. Penciptaan langit & bumi tidak menggunakan material yang telah ada sebelumnya, creatio ex nihilo. Manusia dicipta dari 'yang ada' menjadi 'ada')

Kembali pada Pasal 1 dalam kitab Kejadian, kita dapat melihat bahwa setelah Allah menyelesaikan seluruh ciptaan-Nya, bumi & seluruh isinya, Allah menyatakan bahwa, "segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik":

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. - Kejadian 1:31

Dari konfirmasi Allah tersebut kita dapat melihat bahwa seluruh ciptaan Allah, termasuk manusia adalah, "sungguh amat baik".

(Allah yang mengkonfirmasi ciptaan-Nya sebagai, "sungguh amat baik" dan tidak ada dosa yang baik dihadapan Allah. Sehingga pemahaman yang paling baik didalam hal penciptaan manusia ini adalah bahwa manusia pertama, laki2 & perempuan, dicipta-Nya tanpa dosa)

Sebelum kita melanjutkan pembahasan, ada suatu pemahaman yang harus kita mengerti terlebih dahulu, dan akan menjadi dasar dari uraian diberikut:

Walaupun manusia yang dicipta-Nya memiliki keterbatasan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang bersifat mulia dan tidak berdosa pada saat dicipta

Keberadaan manusia pada saat penciptaan (creation) adalah POSSE-PECARRE (bisa - berdosa; karena belum jatuh kedalam dosa), yaitu manusia dicipta dalam keadaan NETRAL: Bisa memilih untuk berdosa vs tidak berdosa.

Selanjutnya pembahasan ini akan melihat kembali peristiwa kejatuhan manusia, dimulai dari perintah-Nya dan kemudian dengan pelanggaran manusia:

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." - Kejadian 2:16;17

Kita dapat melihat bahwa Allah memberi suatu perintah langsung kepada Adam, didalam Kej 2:16-17 diatas. Dengan suatu konsekuensi yang harus ditanggung apabila dia melanggar perintah tersebut. Konsekuensi dari pelanggaran tersebut adalah sesuatu hal yang sangat serius yaitu kematian

(Kematian memiliki 2 pengertian: Kematian secara fisik & kematian secara spiritual. Adam & Hawa memang tidak mati secara fisik pada saat mereka memakan buah pengetahuan tersebut, akan tetapi kematian secara spiritual terjadi pada saat mereka memakannya. Mereka hidup terpisah dari Allah dalam kutukan-Nya.)

Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. - Kejadian 3:4-6

Dari kutipan diatas kita dapat melihat bujukan iblis, yang dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tidak akan mati pada saat memakan buah tsb.
2. Akan menjadi sama seperti Allah, tahu yang baik & yang jahat

Dan kita juga dapat melihat respon dari perempuan itu (Hawa): "...menarik hati karena memberi pengertian (yang baik & yang jahat)"

Seharusnya pada saat ini kita telah dapat melihat hakekat dosa, berdasarkan kata-kata bujukan iblis & respon yang diberikan Hawa (yang juga disetujui oleh Adam):

Pertama, manusia melanggar perintah langsung dari Allah & sekaligus 'mempertanyakan' konsekuensi serius yang harus mereka hadapi pada saat melanggar perintah Allah yaitu kematian.

Kedua, manusia bertindak seperti hakim, sebagai penentu mana yang benar & salah, menjadi verifikator dari pernyataan Allah. Allah menyatakan "pastilah engkau mati" vs pernyataan iblis "sekali-kali kamu tidak akan mati". Apabila pemikiran perempuan tersebut dituliskan mungkin adalah sbb: "Masa sih mati? Kata ular tidak mati! Bahkan memberi pengertian". Dan mereka pun memilih untuk melanggar perintah Allah, sambil mempertanyakan pernyataan Allah, "pastilah engkau mati". Mereka pun mencurigai motivasi Allah pada saat Dia memberikan larangan tsb, "Allah melarang karena Dia tidak mau 'disamai' oleh kita manusia ciptaan-Nya".

(Dari point pertama & kedua diatas, kita dapat melihat bahwa manusia pertama menolak atau dengan kata lain menindas kebenaran Allah, yaitu apa yang Allah sendiri nyatakan)

Ketiga, manusia ingin menjadi 'seperti' Allah, dengan kata lain ingin melakukan kudeta dan kemudian mengambil alih apa yang sebenarnya merupakan hak Allah (yaitu kualitas yang dimiliki Allah) dalam hal ini, seturut bujukan iblis, adalah memiliki pengetahuan yang baik & yang jahat.

(Karena manusia memberontak kepada Allah, INGIN menjadi sama dengan Allah, sehingga pada saat yang bersamaan manusia HARUS menolak eksistensi Allah sebagai Yang Berdaulat & Yang Berkehendak.)

Dalam Kejadian 3:14-19 kita dapat melihat kutukan Allah, baik kepada ular sang Iblis, manusia laki-laki & perempuan, dan juga kepada bumi (lih. ayat 17). Dan pada saat itulah manusia terpisah dari hadapan Allah oleh karena dosa yang mereka pilih sendiri. Mereka menanggung konsekuensi terusir dari tempat dimana Allah menempatkan mereka, yaitu Firdaus.

(Perhatikan, manusia yang memilih - dengan kebebasannya - untuk melawan Allah, yaitu berbuat dosa. Bukan Allah yang menetapkan dosa ataupun menetapkan manusia untuk jatuh kedalam dosa. Akan tetapi, sekalilagi, MANUSIA YANG MEMILIH UNTUK BERDOSA )

Kejatuhan manusia itulah yang menjadi awal masuknya dosa kedalam dunia (original sin, dosa asal), yaitu dosa yang diturunkan dari generasi ke generasi (bdk Rm 5:12-15). Setiap manusia memiliki kecendrungan untuk selalu berbuat dosa dengan kebebasan kehendaknya.

Akibat kejatuhan manusia, keberadaan manusia adalah NON POSSE - NON PECARRE (tidak bisa - tidak berdosa = selalu berbuat dosa) yaitu hilangnya netralitas kehendaknya (bandingkan dengan kondisi manusia pada saat penciptaan yang bersifat netral). Manusia tidak lagi NETRAL: Memilih berdosa vs tidak berdosa, akan tetapi memiliki kecendrungan untuk selalu berbuat dosa.

(Setelah manusia jatuh kedalam dosa, 'kebebasan kehendak' manusia menjadi hilang, dalam arti kehilangan netralitas pilihannya. Saat seseorang hanya bisa memilih untuk tidak taat, hanya bisa melakukan dosa, dirinya tidaklah bebas untuk berkehendak melakukan yang Benar dihadapan Allah)

Kembali pada hakekat dosa, kita dapat melihat dosa esensial (dosa yang mendasar) yang dilakukan oleh manusia:

Menolak eksistensi Allah & menindas kebenaran-Nya

(Apabila terus dipertanyakan 'sebab' dari Adam berdosa, maka jawaban akhirnya adalah karena dia ingin memiliki kualitas sebagaimana yang Allah miliki. Dan satu-satunya cara adalah dengan menolak keberadaan/eksistensi Allah sebagai yang berdaulat dan menolak kebenaran-Nya yaitu apa yang Allah nyatakan sebagai yang ' mutlak benar' dan harus ' mutlak ditaati' pula.)

Baca juga:

Catatan Tambahan:
Pada saat ini, kita yang telah ditebus oleh Kristus, memiliki keberadaan yang disebut sebagai POSSE - NON PECARRE, yaitu bisa - tidak berdosa, karena sudah jatuh kedalam dosa - akan tetapi masih bisa berbuat dosa. Pada saat consumation kondisi kita akan benar2 berubah, bahkan lebih mulia apabila dibandingkan dengan saat penciptaan manusia pertama. Keberadaan tersebut disebut sebagai NON POSSE - PECARRE, tidak bisa - berdosa


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...