Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

MINGGU PASKAH VII/C/2016

MINGGU PASKAH VII/C/2016
Kis 7:55-60 Why 22:1214.16-17.20 Yoh 17:20-26

PENGANTAR
     Pada Hari Minggu Paskah VII ini, sesudah Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus yang lalu dan menjelang Hari Raya Pentakosta yang akan datang, dalam Injil Yohanes Yesus berdoa untuk masa depan umat-Nya, yaitu keinginan-Nya agar segenap murid tetap bersatu, dan agar semua orang bersatu dalam kasih. Kristus hanya akan dikenal dan diakui masyarakat, apabila murid-murid-Nya saling bersatu dan saling mengasihi.

HOMILI
     Injil yang baru saja kita dengarkan ini adalah sebagian dari doa imamat Yesus bagi murid-murid-Nya, yang terdapat dalam Injil Yohanes 17:1-26. Yesus melihat ke masa depan Gereja, yang akan didirikan-Nya dengan bantuan murid-murid-Nya. Untuk dapat membangun Gereja-Nya dan untuk berlangsungnya perkembangan pewartaan dan karya-Nya, Yesus sangat menghendaki adanya persatuan di antara murid-murid-Nya, dan agar mereka semuanya selalu saling mengasihi. Sebab di mana tidak ada kasih, di situ tidak ada persatuan. Karena itu bila dalam Gereja, yaitu di antara warga-warganya tidak ada persatuan dan kasih, Gereja akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

     Demikianlah Yesus sungguh menghendaki adanya persatuan (unitas) dalam komunitas-komunitas, bagaimanapun bentuknya, terutama dalam keluarga. Tetapi persatuan (unitas) yang sangat dirindukan oleh Yesus bukanlah keseragaman (uniformitas). Persatuan sejati mengandung suatu kesediaan untuk tetap memiliki kasih, meskipun ada perbedaan dan ketegangan. Jadi suatu kasih yang mampu tetap memelihara persatuan yang mendalam! Kasih di antara Yesus dan Bapa-Nya, itulah jatidiri atau model kasih yang sempurna. Kasih Bapa, Putera danRoh Kudus dalam Allah Tritunggal (Trinitas) merupakan model semua komunitas, khususnya untuk persatuan dalam keluarga dan kehidupan bersama dalam hidup membiara.

     Bila kita menghayati kasih dalam hidup bersama, kita ikut mewartakan perintah dan pesan utama Yesus, yaitu perintah kasih! Itulah sebabnya mengapa dalam Gereja Perdana orang-orang berkata: "Lihatlah, betapa mereka (penganut Kristus) saling mengasihi!". Salah satu contoh keprihatinan Kristus atas hancurnya persatuan dalam kasih terbukti dalam terjadinya perpisahan di antara tiga agama, yang semuanya bersumber dari Abraham yang satu dan sama: agama kaum Yahudi, kaum Kristiani dan kaum Muslim. Dan yang lebih menyedihkan lagi ialah terjadinya perpisahan di antara kaum kristiani sendiri, Katolik dan Protestan, padahal keduanya percaya dan mengikuti Yesus yang satu dan sama. Bila kita sendiri terpisah-pisah, maka Gereja yaitu kita semua kehilangan kesediaan masyarakat untuk mau menerima pewartaan Kristus! Maka keinginan serta usaha untuk bersatu lagi, antara lain melalui gerakan ekumenis, itulah intisari doa imamat Yesus yang diungkapkan dalam Injil Yohanes hari ini. Menjadi dan hidup sebagai orang kristani, tetapi tidak bersikap ekumenis untuk bersatu kembali sebagai Gereja Kristus yang hanya satu dan penuh kasih, bukankah ini suatu kontradiksi atau menentang pendirian keyakinannya sendiri sebagai umat kristiani? Begitu juga pertentangan umat kristiani dalam komunitas dan keluarga, sungguh bertentangan dengan kehendak Yesus.

     Dalam Injil Yohanes hari ini Yesus juga mohon kepada Bapa-Nya, agar kasih Allah Bapa kepada-Nya juga diberikan kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak mau bahagia sendirian, Ia menghendaki agar murid-murid-Nya ikut mengalami kebahagiaan yang dialami-Nya sendiri: yaitu kasih Allah. Yesus ingin agar kita ikut bahagia bersama diri-Nya. Yesus sungguh ingin agar kita mengenal Bapa, dan agar Bapa mengenal kita. Yesus menghendaki agar kita dan Allah saling mengenal. Tetapi menurut Kitab Suci mengenal bukanlah sekadar mengetahui, melainkan berarti mengalami kehadiran Allah yang hadir dalam dirinya, sebagai kasih kepada sesama sekomunitas, khususnya dalam keluarga.

     Yesus berdoa kepada Allah Bapa, agar mereka menjadi satu seperti Dia dan Bapa adalah satu. Unitas dan Trinitas, Kesatuan/Persatuan dan Tritunggal, itulah gambaran tentang hubungan atau persekutuan di antara tiga Pribadi Ilahi: Bapa, Putera dan Roh. Yesus sebagai putera Allah, dalam hidup, ajaran dan perbuatan-Nya menunjukkan kasih Allah Bapa kepada kita. Sebagai manusia Ia didampingi oleh Roh Kudus. Ketiganya tidak pernah terpisah dalam persatuan dan kasih. Kesatuan atau persatuan ketiga Pribadi Ilahi itu tak terpisahkan , sebab berlandasan pada kasih.

Dewasa ini kita hidup dalam dunia, yang terus berubah, makin berkembang, yang membuktikan kemampuan besar, yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menghuninya, memelihara, mengolah, menggunakan dunia kita ini demi kepentingan penduduknya. Tetapi untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok-kelompok saja. Khususnya dalam komunitas keluarga, persatuan dan kasih antara ayah, ibu dan anak-anak harus terjamin dan dihayati. Dalam setiap komunitas di mana ada persatuan dan kasih, khususnya di dalam keluarga, di situlah menurut Paus Fransiskus ada "Amoris Laetitia", "kegembiraan cinta". Tetapi kegembiraan cinta sejati ini ternyata masih harus diperjuangkan. Dan perjuangan ini hanya berhasil, apabila kita lakukan menurut ajaran dan teladan Yesus, yang selalu hidup dan berbuat dalam persatuan kasih dengan Bapa dan Roh Kudus. Persatuan dan kasih Tritunggal Bapa, Putera dan Roh Kudus, adalah model kehidupan setiap komunitas kristiani, khususnya keluarga. Untuk pelaksanaan hidup menurut model itu, dituntut kesediaan warga-warganya untuk hidup bersama untuk selalu bersatu dan saling mengasihi. Walaupun harus diperjuangkan, namun akan diatasi dengan kegembiraan cinta.


Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...