Tahun Kerahiman

Tahun Kerahiman

HARI RAYA KENAIKAN TUHAN C/2016

HARI RAYA KENAIKAN TUHAN C/2016
Kis 1:1-11 Ibr 9:24-28; 10:19-23 Luk 24:46-53

PENGANTAR
     Empat puluh hari sesudah Paskah, pada hari ini Gereja merayakan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus Kristus. Yesus adalah putera Allah Bapa, datang dari surga, dan sesudah melaksanakan perutusan-Nya untuk menebus umat manusia, Ia kembali kepada Bapa-Nya di surga. Namun meskipun Ia telah pergi serta tidak tampak lagi, Ia tetap hadir di tengah-tengah, walaupun tidak secara tampak.

HOMILI
     Istilah Yesus naik ke surga menggambarkan suatu perpisahan. Yesus berpisah dari murid-murid-Nya dan meninggalkan mereka. Yesus yang mereka kenal dan ikuti selama tiga tahun telah pergi, tidak tampak lagi. Tetapi berkat iman kepercayaan yang dimiliki, para rasul dan kita semua yakin, bahwa Yesus karena kenaikan-Nya ke surga memang tidak tampak lagi, ternyata Ia tetap hadir di antara para rasul dan di antara kita semua, meskipun hadir secara lain.

     Sesudah kenaikan-Nya, Yesus tetap hadir, memang bukan lagi secara tampak berhadapan dengan para rasul dan kita, melainkan hadir di dalam diri para rasul dan dalam diri kita. Itulah ibaratnya seperti yang kita alami dengan perayaan Ekaristi. Yesus dalam Ekaristi sebagai hosti/roti suci sebelum kita terima, masih dapat kita lihat.Tetapi sesudah kita terima, kita tidak melihat-Nya lagi, namun Ia justru hadir di dalam diri kita. Yesus yang satu dan sama itu selalu tetap hadir meskipun secara lain, malahan hadir dengan penuh kekuatan.

     Memang sebagai orang beriman kita bertanya: Apabila Yesus tidak tampak, bagaimana kita tahu bahwa Ia itu hadir? Tadi sebagian dari pertanyaan itu telah dijawab, yaitu peristiwa yang kita alami dalam penerimaan Ekaristi. Tetapi keterangan itu harus ditambah dengan jawaban ini. Yesus menghendaki agar diri-Nya tetap hadir di dunia ini, tetapi hadir lewat kehadiran murid-murid-Nya! Baik dalam Kisah Rasul maupun dalam Injilnya pada hari ini, Lukas dalam ceriteranya tentang kenaikan Yesus, menekankan peranan dan tugas yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya sebagai saksi: "Kamu adalah saksi dari semuanya ini!" (Luk 24:48). Semua murid Yesus dipanggil menjadi saksi kehadiran Kristus.

     Istilah "Kamu" yang disebut Yesus itu memang pertama-tama ditujukan kepada rasul, karena mereka telah mengikuti Yesus beberapa tahun. Secara formal menurut kedudukan atau jabatan masing-masing, tugas kesaksian itu diteruskan kepada para uskup dan imam. Namun sapaan "Kamu" itu juga ditujukan kepada semua orang yang mengakui Kristus dan telah dibaptis atas nama Kristus! Karena itu Gereja dalam dokumen penting 'Lumen Gentium' ("Terang Para Bangsa") tentang tugas hakiki Gerfeja, dalam Konsili Vatikan II menegaskan tugas ini sebagai berikut: "Setiap orang awam wajib menjadi saksi kebangkitan dan kehidupan Tuhan Yesus serta menjadi tanda Allah yang hidup di hadapan dunia" (LG 38).

     Dan Paus Paulus VI (sekarang sudah Beato) mengenai tugas umat menjadi saksi Kristus berkata sebagai berikut: "Dunia lebih membutuhkan saksi-saksi daripada guru-guru". Sebab secara relatif lebih mudahlah menjadi seorang guru. Tetapi lebih sulit menjadi seorang saksi. Dalam kenyataan, di dunia kita ini terdapat banyak guru sejati dan juga guru palsu, tetapi dunia kita hanya memiliki sedikit saksi yang asli atau benar! Di antara kedua peranan itu, yaitu sebagai guru dan sebagai saksi, terdapat suatu perbedaan yang sama, yaitu seperti perbedaan antara berbicara dan berbuat (antara kata dan perbuatan). Ada pepatah yang berbunyi: "Perbuatan dapat bersuara lebih jelas daripada kata-kata".

     Saksi berbicara dengan hidup dan perbuatannya. Sebagai contoh misalnya dalam suatu keluarga. Ayah dan ibu sebagai orang tua harus menjadi saksi utama iman akan Kristus bagi anak-anak mereka. Misalnya bagi anak-anak mereka, menjelang penerimaan komuni pertama dan sakramen penguatan/krisma, ayah dan ibu mereka dapat menolong anak mereka dengan melihat kembali pengetahuan katekismus mereka sendiri, untuk menerangkannya kepada anak-anaknya itu. Dengan demikian orang tua berbuat sesuatu yang sangat berharga bagi Tuhan!

     Kesaksian orang tua di rumah tidak hanya terbatas pada persiapan komuni pertama dan penguatan anak-anaknya. Tugas bersikap dan bertindak sebagai saksi, orang tua juga dalam hal saling memaafkan, saling menghormati, bersikap sebagai saudara satu sama lain, memperhatikan dan peka terhadap kaum miskin. Juga memberi keterangan tentang apa yang dipertunjukan dan dilihat bersama dalam TV dan sebagainya. Pendek kata itulah hanya salah suatu bentuk kesaksian iman dalam hidup keluarga. Tetapi kesaksian kehadiran Kristus, yang hidup dalam diri setiap orang kristiani, harus dilakukan di segenap bidang hidup umat masing-masing.

     Dalam apapun yang kita lakukan dalam hidup kita sebagai murid Kristus, menurut keadaan, kedudukan dan kemampuan masing-masing, kita harus melaksanakannya sebagai seorang saksi, yang memperkenalkan Kristus yang hadir dalam diri kita. Kristus karena telah naik ke surga, Ia memang tidak tampak lagi, namun Ia tetap hadir dengan Roh-Nya di tengah-tengah kita . Ia hadir dalam sakramen-sakramen. Ia juga hadir dalam diri kita masing masing. Kita disadarkan bahwa kita semua harus memperkenalkan Kristus, yang hadir dalam diri kita, kepada siapapun menurut keadaan dan kemampuan kita masing-masing, dan dalam sikap, kata, perbuatan dan hidup kita. Kenaikan Tuhan Yesus Kristus mengingatkan kita akan panggilan kita untuk sungguh menjadi "Alter Christus".


Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...