MINGGU PASKAH VI/C/2016
Kis 15:1-2.22-29 Why 21:10-14.22-23 Yoh 14:23-29
PENGANTAR
Dalam Injil Johanes, yang akan kita dengarkan dalam perayaan Ekaristi hari ini, Yesus menyampaikan tiga pesan kepada kita: 1. Kita sungguh mengasihi Allah apabila kita melaksanakan sabda-Nya. 2. Yesus berjanji akan mengutus Roh Kudus sebagai Penghibur. 3. Yesus akan memberikan damai sejahtera kepada murid-murid-Nya.
HOMILI
1. Pada kesempatan permisahan dengan murid-murid-Nya, sebelum Ia ditangkap dan harus menderita dan dihukum mati di salib, Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku". Dalam suratnya Johannes menegaskan, bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8.16). Kedatangan Yesus Kristus sebagai putera Allah, sebagai manusia, itulah buktinya bahwa Allah adalah sungguh kasih. Seluruh hidup Yesus adalah bukti pelaksanaan kehendak Allah Bapa, yang mengasihi umat manusia, yaitu kita semua. Dengan sikap, kata dan perbuatan Yesus mengungkapan kasih-Nya kepada Bapa-Nya sekaligus kepada kita, yaitu dengan melaksanakan perintah Bapa-Nya. Apa yang telah dilakukan-Nya sendiri, itulah inti pesan yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bila kita sebagai umat kristiani sungguh mengasihi Kristus, maka kita harus bersedia dan sungguh melaksanakan segala perintah-Nya.- Bila kita sadar akan martabat kita sebagai murid Yesus, kita harus bersedia juga untuk mawas diri: sejauh manakah iman dan kasihku kepada Kristus, kepada Allah, sungguh kulaksanakan dalam hidupku sehari-hari? Yesus berkata: "Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku". Dengan kata lain: barangsiapa tidak melakukan ajaran/perintah Kristus, itu berarti ia tidak sungguh percaya kepada Kristus dan tidak mengasihi-Nya.
1. Pada kesempatan permisahan dengan murid-murid-Nya, sebelum Ia ditangkap dan harus menderita dan dihukum mati di salib, Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku". Dalam suratnya Johannes menegaskan, bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8.16). Kedatangan Yesus Kristus sebagai putera Allah, sebagai manusia, itulah buktinya bahwa Allah adalah sungguh kasih. Seluruh hidup Yesus adalah bukti pelaksanaan kehendak Allah Bapa, yang mengasihi umat manusia, yaitu kita semua. Dengan sikap, kata dan perbuatan Yesus mengungkapan kasih-Nya kepada Bapa-Nya sekaligus kepada kita, yaitu dengan melaksanakan perintah Bapa-Nya. Apa yang telah dilakukan-Nya sendiri, itulah inti pesan yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bila kita sebagai umat kristiani sungguh mengasihi Kristus, maka kita harus bersedia dan sungguh melaksanakan segala perintah-Nya.- Bila kita sadar akan martabat kita sebagai murid Yesus, kita harus bersedia juga untuk mawas diri: sejauh manakah iman dan kasihku kepada Kristus, kepada Allah, sungguh kulaksanakan dalam hidupku sehari-hari? Yesus berkata: "Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku". Dengan kata lain: barangsiapa tidak melakukan ajaran/perintah Kristus, itu berarti ia tidak sungguh percaya kepada Kristus dan tidak mengasihi-Nya.
2. Yesus berjanji akan mengutus Roh
Kudus. Yesus tidak mau meninggalkan pengikut-pengikut-Nya sendirian.
Roh Kudus ini berasal dari Allah bukan dari dunia. Sesudah Ia naik ke
surga, pada Hari Raya Pentakosta Roh Kudus yang diutus oleh Kristus akan
datang. Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya, bahwa Roh Kudus akan
mendampingi mereka untuk tetap mengingatkan mereka dan supaya memegang
teguh ajaran Yesus. Dengan bimbingan Roh Kudus inilah keaslian,
kesungguhan atau otentisitas ajaran Kristus akan selalu terpelihara
secara utuh.
Hal kehadiran Roh Kudus dalam
Gereja ini perlu selalu kita sadari. Sebab dengan makin bertambahnya
perubahan, yang berlangsung di dunia dewasa ini, makin bertambah pula
keaneka ragaman pandangan, pendapat, pikiran, pendirian, prinsip dan
sikap orang dan golongan. Roh Kudus inilah yang membimbing Para Rasul
dan Paus yang memimpin perjalanan perkembangan Gereja dalam masyarakat
dunia yang terus berkembang. Roh Kudus yang satu dan sama itu juga hadir
dalam hati kita masing-masing dan harus kita dengarkan bimbingan-Nya.
3. Akhirnya Yesus juga berkata: "Damai
sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu,
dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu"
(Yoh 14:27). Damai ataupun damai sejahtera yang dimaksudkan dalam Injil
Johannes itu bukanlah damai lahiriah, eksternal yang tampak. Misalnya
jikalau tidak ada perang, tidak ada konflik dengan kekerasan, tidak ada
kemiskinan, tidak ada bencana alam.
Damai Kristus yang disebut Johannes
dalam Injil hari ini adalah damai batin atau rohani atau damai dalam
hati kita sebagai menusia, baik dengan diri kita sendiri ataupun dengan
Allah. Yesus menegaskan: "Jangan gelisah dan gentar hatimu!".
Inilah sebenarnya damai sejati. Bila damai sejati ini tidak dimiliki,
maka bentuk damai apapun lainnya, seperti misalnya kekayaan, kesuksesan,
kemakmuran, tidak dapat dimiliki sepenuhnya, sebab semua itu sifatnya
sementara.
Damai yang dimaksudkan Yesus dalam bahasa asli Yahudi adalah "syalom". Yesus pada malam Paskah ketika bertemu dengan murid-murid-Nya berkata "syalom"
kepada mereka. Menurut Alkitab/Kitab Suci syalom atau damai sejahtera
bukan hanya berarti secara negatif: tidak ada pertengkaran atau perang,
tidak ada malapetaka atau bencana. Tetapi syalom secara positif
berarti: ada persaudaraan, kegembiraan, ketenangan, damai,
kesejahteraan.
Paulus memperdalam makna syalom itu dengan unsur rohani dan menulis: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Flp 4:7). Ditambahkan: "Allah, sumber damai sejahtera, menyertai kamu sekalian! Amin"
(Rom 4:7). Demikianlah Paulus menerangkan bahwa damai sejahtera
sejati, atau syalom yang sebenarnya, tidak dapat kita peroleh dan kita
miliki di luar hubungan kita dengan Allah.
Sekarang ini kita hidup dalam
masyarakat yang memang makin maju. Tetapi sekaligus juga menghadapi
makin banyak tantangan dan masalah, ketidakpastian dan kegelisahan.
Namun Yesus dahulu maupun sekarang memberi kata pegangan yang pasti: "Jangan gelisah dan gentar hatimu!".
Dalam perayaan Ekaristi ini kita berhimpunan mengelilingi Kristus dan
akan menerima Diri-Nya dalam Ekaristi. Dalam penerimaan Ekaristi ini
semoga kita tidak gelisah dan gentar, melainkan menerima damai sejahtera
penuh kasih. Tetapi marilah damai sejahtera yang kita terima dari
Kristus itu kita teruskan pula kepada sesama kita, sehingga damai
sejahtera yang diberikan Yesus juga dapat dimiliki orang banyak.
Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.