Minggu Paska IV C/2010
Kis 13:14.43-52 Why 7:9.14b-17 Yoh 10:27-30
PENGANTAR
Dalam Injil Yohanes (Yoh
21:15-19), Minggu lalu, sebelum Yesus mengangat Petrus untuk mengambil
alih tugas-Nya sebagai Gembala, Ia ingin mengetahui kesungguhan kasihnya
kepada diri-Nya. Pada dasarnya Yesus mau menegaskan, bahwa kepemimpinan
apapun, secara simbolis dalam bentuk penggembalaan kawanan domba, harus
berlandasan pada kasih. Gembala yang baik adalah gembala yang mengasihi
dombanya, seperti Kristus yang mengasihi domba-domba-Nya, sampai Ia
rela mengorbarkan hidup-Nya bagi mereka. Injil hari ini menerangkan apa
sebenarnya bersikap dan berbuat sebagai gembala.
HOMILI
Sejak dalam Perjanjian Lama
tokoh-tokoh pemimpin Israel digam-barkan sebagai gembala. Misalnya
leluhur mereka seperti Abraham, Ishak, Yakub. Juga pemimpin bangsa,
misalnya Musa dan Daud. Dalam Mazmur yang disukai orang didoakan: "Tuhanlah gembalaku" (Mz
23). Kemudian dalam Perjanjian Baru Yesus sendiri meneruskan gambaran
tentang gembala itu pada diri-Nya sendiri (lih. Yoh 10:1-21).
Dalam Injil pendek hari ini (Yoh
10:27-30) dikemukakan dua ciri khas Yesus sebagai gembala. Pertama :
gembala dan domba saling mengenal. "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku". Dengan
demikian adalah hubungan erat antar mereka. Kedua : gembala memberikan
hidupnya kepada mereka dan demi mereka! Tiada orang atau apapun lainnya
bisa memisahkan mereka. Domba-domba merasa aman, mereka adalah sasaran
kasih dan keprihatinan gembalanya, bukan sekadar sebagai hal-hal yang
harus diurus dan dipelahara belaka. Segala perhatian gembala tertuju
kepada kawanan dombanya. Apa pesan Injil hari ini kepada kita?
Dalam Injil hari ini kita
diperkuat iman/kepercayaan kita! Kita percaya akan kasih Allah Bapa kita
sebagai Gembala Agung, seperti terbukti dalam diri Yesus Putera-Nya!
Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, dengan segala kelemahan dan
kekekurangannya, Allah Bapa dan Putera-Nya adalah Gembala kita, yang
selalu bisa dipercaya sepenuhnya.
Kiranya ajaran dan pesan, yang
disampaikan Yesus di dalam Injil Yohanes hari ini tersebut, dapat kita
pahami dalam khotbah Paus Benedictus XVI dalam Misa Peresmian Jabatan
Pelayanan Penggem-balaannya sebagai Wakil Kristus, di Roma tgl. 24 April
2005. Dalam homilinya sebagai Wakil Kristus seperti Petrus, Paus
berkata:
"Salah satu ciri dasar seorang gembala ialah mengasihi umat yang dipercayakan kepadanya, sama seperti ia me-ngasihi Kristus, Yang dilayaninya. ' Gembalakan domba domba-Ku ', kata Kristus kepada Petrus. Dan sekarang ini Kristus mengatakannya pula kepadaku. Menggemba-lakan berarti mengasihi, dan mengasihi juga berarti ber-sedia menderita. Mengasihi berarti memberikan kepada domba apa yang sungguh baik, santapan kebenaran Allah, sabda Allah, santapan kehadiran-Nya, yang dibe-rikannya kepada kita dalam Sakramen Mahakudus".
Paus Benedictus XVI selanjutnya
mengatakan, bahwa perumpamaan tentang gembala itu adalah gambaran
tentang Kristus dan Gereja serta masyarakat. Umat manusia di dunia ini
sering tidak tahu arah hidupnya, bagaikan domba yang hilang di tengah
padang gurun. Putera Allah tak mau melihat dan membiarkan umat manusia
hilang terlantar. Maka Ia meninggalkan kemuliaan-Nya di surga dan turun
ke bumi mencari manusia yang hilang, sampai Ia rela diadili dan mati di
salib. Itulah gambaran gembala yang baik!
Pengembalaan semacam inilah yang
harus merupakan cita-cita setiap gembala. Imam dalam Gereja Katolik
disebut pastor, karena gembala dalam pastor Latin adalah "pastor".
Tetapi model gembala yang baik bukan hanya berlaku bagi imam atau
pastor, dalam arti yang dikenal umat. Menjadi gembala yang baik berlaku bagi setiap orang yang berperan sebagai pemimpin, pendamping, "leader", pembesar, kepala rumah tangga! Kebesaran pembesar adalah kasih dan pelayanannya!
Pada akhir homilinya Paus Benediktus XVI berkata: " Doakan
saya, supaya makin mengenal dan mengasihi domba-domba Kristus dengan
semakin baik. Doakan saya, supaya saya tidak melarikan diri karena takut
serigala yang menyerang domba-domba Kristus. Mari kita saling
mendoakan".
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Jakarta, 24 April 2010