Suatu ketika, di pinggir sebuah sungai, terlihat banyak orang sedang memancing ikan. Diantara sekian banyak orang pemancing, ada seorang pemancing bapak-bapak yg terlihat paling aneh. Tiap kali pancingannya mendapatkan ikan yg besar, ia mengukurnya lebih dulu dgn tongkat ukuran kira-kira sepanjang 10 inci, bila ikan-ikan itu besarnya melebihi ukuran tongkatnya, maka ia akan melepaskan ikan itu kembali ke sungai. Tapi bila ia mendapatkan ikan yg kecil atau sedang, ia malah terlihat senang dan mengangkatnya. Begitu ia lakukan berulang-ulang. Hal itu membuat seorang pemancing yg duduk disebelahnya penasaran. "Bapak..., saya heran, saya perhatikan dari tadi, bila bapak mendapatkan ikan yg besar kok malah dilepas kembali? Padahal pada umumnya'kan orang memancing itu berharap bisa mendapatkan ikan yg besar-besar? tanya orang yg duduk disebelah" "Oh... itu karena wajan penggorengan dirumah saya hanya selebar ini, kata bapak itu sambil menunjukkan tongkat ukuran sepanjang 10 inci tadi. Bila ikannya terlalu besar, saya khawatir wajan penggorengan saya tidak cukup untuk menampung besarnya ikan, makanya saya pilih ikan yg tidak lebih besar dari wajan penggorengan saya, begitu jawab si bapak"
Serupa dengan cerita diatas. Kita juga sering "membatasi" karya Tuhan dengan logika kita sendiri yg sempit dan tentu saja sangat terbatas. Dalam beberapa hal kita sering "merasa" lebih pandai dari Tuhan. "Ahh itu tidak mungkin , tidak logis , harusnya itu begini-mestinya begini, begitu sering kali otak kita berpikir" Sama spt bapak pemancing diatas, ia merasa pandai, merasa bijak, tp sebenarnya ia sedang membatasi keberhasilannya sendiri. Dalam hidup ini kadang Tuhan ingin melakukan perkara yg besar , namun sering kali hal itu menjadi urung, karena kita sendiri yg membatasi kuasaNya. Kita berpikir : mana mungkin Tuhan ? - padahal Tuhan berkata : percaya saja. Kita berpikir : jangan sekarang Tuhan - padahal Tuhan berkata : lakukan saja. Kita berpikir : ini pasti yg terbaik - padahal Tuhan berkata : tunggu waktuKu. Begitulah sering kali kita merasa lebih pintar dari Tuhan.
Sebagian besar murid-murid Yesus adalah orang-orang yg sederhana, namun Allah bisa bekerja lewat kesederhanaan mereka dengan dahsyat. Kuncinya apa : mereka percaya saja , bahwa Allah sanggup melakukan apa saja - melebihi kesanggupan dan keterbatasan mereka.
Mungkin saat ini kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah selama ini kita telah membatasi kuasa Tuhan dengan "wajan penggorengan yg kecil" ? Sehingga hidup kita juga "begitu-begitu saja" ? Berpikirlah positif. You are what you think. Apa yg kamu pikirkan , itulah dirimu. Berpikirlah seperti cara Tuhan berpikir , jika kamu ingin mengalami kasih karunia Tuhan, dan ingin merasakan hal-hal yg luar biasa terjadi dalam hidupmu.
Jawab Tuhan : kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini : terbantunlah engkau dan tertanamlah didalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17: 6)
Serupa dengan cerita diatas. Kita juga sering "membatasi" karya Tuhan dengan logika kita sendiri yg sempit dan tentu saja sangat terbatas. Dalam beberapa hal kita sering "merasa" lebih pandai dari Tuhan. "Ahh itu tidak mungkin , tidak logis , harusnya itu begini-mestinya begini, begitu sering kali otak kita berpikir" Sama spt bapak pemancing diatas, ia merasa pandai, merasa bijak, tp sebenarnya ia sedang membatasi keberhasilannya sendiri. Dalam hidup ini kadang Tuhan ingin melakukan perkara yg besar , namun sering kali hal itu menjadi urung, karena kita sendiri yg membatasi kuasaNya. Kita berpikir : mana mungkin Tuhan ? - padahal Tuhan berkata : percaya saja. Kita berpikir : jangan sekarang Tuhan - padahal Tuhan berkata : lakukan saja. Kita berpikir : ini pasti yg terbaik - padahal Tuhan berkata : tunggu waktuKu. Begitulah sering kali kita merasa lebih pintar dari Tuhan.
Sebagian besar murid-murid Yesus adalah orang-orang yg sederhana, namun Allah bisa bekerja lewat kesederhanaan mereka dengan dahsyat. Kuncinya apa : mereka percaya saja , bahwa Allah sanggup melakukan apa saja - melebihi kesanggupan dan keterbatasan mereka.
Mungkin saat ini kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah selama ini kita telah membatasi kuasa Tuhan dengan "wajan penggorengan yg kecil" ? Sehingga hidup kita juga "begitu-begitu saja" ? Berpikirlah positif. You are what you think. Apa yg kamu pikirkan , itulah dirimu. Berpikirlah seperti cara Tuhan berpikir , jika kamu ingin mengalami kasih karunia Tuhan, dan ingin merasakan hal-hal yg luar biasa terjadi dalam hidupmu.
Jawab Tuhan : kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini : terbantunlah engkau dan tertanamlah didalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17: 6)