H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PASKAH III/C/2016
Kis 5:27b-32.40b-41 Why 5:11-14 Yoh 21:1-19
PENGANTAR
Injil Johannes yang hari ini disampaikan kepada kita cukup panjang. Memang banyak pesan dalam Injil itu yang harus kita perhatikan. Namun hanya dua pesan yang akan kita renungkan dalam perayaan Ekaristi ini, yakni tentang kasih dan kepemimpinan atau pelayanan, sebagai dua hal yang takterpisahkan.
HOMILI
Setelah bangkit untuk ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Kali ini terjadi pagi hari di tepi pantai, di mana mereka sepanjang malam berusaha menangkap ikan, namun tidak berhasil. Dalam peristiwa itu terbuktilah lagi, bahwa Yesus yang mendatangi mereka di pantai itu adalah Yesus, yang sama dan sebelumnya telah mereka kenal ketika hidup bersama mereka, sampai Ia menderita dan mati di jayu salib. Yaitu Yesus sebagai Guru yang penuh kasih dan sangat memperhatikan pengikut-pengikut-Nya. Buktinya, sesudah bangkit kembali, Ia datang menolong murid-murid-Nya menangkap ikan yang mereka butuhkan. Dan dengan sikap kebersamaan dan persaudaraan Yesus mau ikut makan sarapan dengan murid-murid-Nya.
Setelah bangkit untuk ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Kali ini terjadi pagi hari di tepi pantai, di mana mereka sepanjang malam berusaha menangkap ikan, namun tidak berhasil. Dalam peristiwa itu terbuktilah lagi, bahwa Yesus yang mendatangi mereka di pantai itu adalah Yesus, yang sama dan sebelumnya telah mereka kenal ketika hidup bersama mereka, sampai Ia menderita dan mati di jayu salib. Yaitu Yesus sebagai Guru yang penuh kasih dan sangat memperhatikan pengikut-pengikut-Nya. Buktinya, sesudah bangkit kembali, Ia datang menolong murid-murid-Nya menangkap ikan yang mereka butuhkan. Dan dengan sikap kebersamaan dan persaudaraan Yesus mau ikut makan sarapan dengan murid-murid-Nya.
Yesus begitu dekat dengan
murid-murid-Nya dan dalam suasana kebersamaan dan persaudaraan itulah
Yesus bertanya kepada Petrus. "Simon, anak Johanes, apakah engkau mengasihi Aku". Petrus menjawab: "Benar, Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. Yesus menanggapinya dengan berkata: "Gembalakanlah domba-domba-Ku!"
Demikianlah sampai berturut-turut Yesus bertanya tiga kali, dan Petrus
menjawab tiga kali, dan tiga kali pula Yesus memberikan tugas kepada
Petrus sebagai wakil-Nya.
Dengan kata-kata-Nya itu Yesus
menyerahkan tugas penggembalaan atau pastoral, sebagai tugas tertinggi,
yaitu sebagai Gembala memimpin Gereja universal. Tugas inilah yang juga
disebut dalam Injil Matius, di mana Yesus berkata: "Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku mendirikan Gereja-Ku. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga" (Mat 16:18-19).
Dari kata-kata Yesus seperti yang
disampaikan-Nya kepada Petrus itu terbuktilah, betapa besar kasih Yesus
kepada murid-murid-Nya, khususnya kepada Petrus yang diangkat-Nya
menjadi wakil-Nya. Tetapi sekaligus tampaklah pula betapa murni kasih
dan kesetiaan janji Yesus kepada Petrus.
Mengapa Yesus sampai tiga kali
mengajukan pertanyaan yang sama kepada kepada Petrus? Karena Petrus
telah tiga kali menyangkal dan tidak mau mengakui Yesus sebagai
Gurunya, ketika Yesus ditangkap dan mengalami penderitaan. Yesus pada
waktu itu berkata kepada Petrus: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Mat 26:34). Petrus menyawab kepada Yesus: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau" (Mat 26:35). Tetapi dalam kenyataannya Petrus tiga kali menyangkal Yesus.
Dalam Injil Johannes hari ini
terbuktilah betapa total kasih Yesus kepada Petrus. Ia melupakan dan
mengampuni ketidaksetiaan Petrus kepada-Nya dengan menyangkal Dia tiga
kali. Kesimpulan kita ialah, bahwa Allah selalu memberi kesempatann
kepada kita untuk kedua atau ketiga kalinya, bahkan bagi kita selalu
terbuka kemungkinannya untuk selalu mohon ampun kepada-Nya.
Dalam Injil Johannes hari ini
kita dapat belajar dari apa yang dialami Petrus.
Petrus mengalami perubahan diri total. Kasih dan kesediaan Yesus
untuk mengampuni mengubah Petrus menjadi manusia baru, pribadi baru yang
memang penuh semangat namun lemah dapat menjadi kuat, taat dan setia
sampai mati sebagai martir. Petrus memiliki kekurangan dan kelemahannya,
namun berkat kasih dan kerahiman Allah ia dapat membuktikan dirinya
sebagai orang yang sanggup melaksanakan kesetiaannya kepada Kristus
dengan mengorbankan hidupnya.
Dari tanya-jawab atau kata-kata
timbal balik antara Yesus dan Petrus kita semua dapat belajar untuk
hidup dan berbuat terhadap Allah dan di antara sesama, masing-masing
menurut keadaan dan kemampuannya sendiri. St. Agustinus ketika membaca
Injil Johannes hari ini memberi komentar sebagai berikut: "Pertanyaan yang diajukan Yesus kepada Petrus, juga diajukan kepada setiap orang di antara kita!". Pertanyaan "Apakah kamu mengasihi Aku" ditujukan kepada setiap orang yang menyebut dirinya orang kristiani.
Kasih merupakan unsur hakiki untuk
segala bentuk kepemimpinan dan pelayanan yang tak terpisahkan. Seperti
dilaksanakan oleh Yesus sendiri. Yesus memimpin para rasul, Ia memimpin
Gereja-Nya. Yesus memimpin Gereja dengan melayaninya dengan kasih. Kasih
kita kepada Kristus jangan sampai hanya bersifat secara pribadi dalam
ibadat, melainkan juga sebagai ungkapan nyata pelayanan kita kepada
sesama. Apakah kita tidak rela mengasihi sesama, yang dikasihi Kristus?
Mengasihi Kristus berarti sebenarnya berbuat baik terhadap sesama. Di
mana tidak ada pelayanan, di situ tidak ada kasih. Dan di mana kasih
tidak ada, di situ Kristus juga tidak ada! Di mana Kristus tidak ada, di
situ damai juga tidak ada. Beata Bunda Teresa dari Kalkuta berkata: "Buah kasih adalah pelayanan, dan buah pelayanan adalah damai".
Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.