H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PASKAH V/C/2016
Kis 14:21b-27 Why 21:1-5a Yoh 13:31-33a.34-35
PENGANTAR
Dalam Injil Johannes pada Hari Minggu Paskah V ini Yesus bersabda: "Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi". Khususnya dalam kebersamaan merayakan Ekaristi ini, marilah kita mendengarkan dan berusaha memahami perintah Yesus, yang jangan terlupakan itu.
HOMILI
Sangat menyolok bahwa Yesus menyebut perintah-Nya kepada murid-murid-Nya, untuk saling mengasihi sebagai perintah baru. Padahal di dalam Perjanjian Lama pun perintah untuk saling mengasihi sudah ada. Namun, memang ada perbedaannya! Unsur perbedaan hakiki antara kasih dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ialah, bahwa kasih yang sekarang harus kita laksanakan adalah kasih yang dimiliki dan dilakukan oleh Yesus. Bukan sekadar kasih sembarangan!
Sangat menyolok bahwa Yesus menyebut perintah-Nya kepada murid-murid-Nya, untuk saling mengasihi sebagai perintah baru. Padahal di dalam Perjanjian Lama pun perintah untuk saling mengasihi sudah ada. Namun, memang ada perbedaannya! Unsur perbedaan hakiki antara kasih dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ialah, bahwa kasih yang sekarang harus kita laksanakan adalah kasih yang dimiliki dan dilakukan oleh Yesus. Bukan sekadar kasih sembarangan!
Tgl. 8 April yang lalu Paus Fransiskus menyampaikan suatu Anjuran Apostolik yang berjudul "Amoris Laetitia" (19 Maret 2016), "Kegembiraan Cinta"
bagi segenap umat, khususnya bagi umat yang berkeluarga. Dalam
amanatnya itu Paus Fransiskus secara mendetail mengingatkan kita,
bahwa kasih adalah: sabar, rela melayani sesama, tidak cemburu, tidak
sombong, tidak kasar, murah hati, tidak lekas marah maupun benci, dan
kasih selalu mengampuni, bergembira dengan sesama, memikul segalanya,
percaya kepada segalanya, mengharapkan segalanya dan tahan terhadap
segalanya (AL 91-119).
Ciri-ciri kasih yang disebut oleh
Paus Fransiskus itu merupakan kasih kristiani sejati, yang juga disebut
dalam surat pertama Paulus kepada umat di Korintus (13:1-3), seperti
diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus sendiri, yang berkata: "Supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu".
Sekarang ini berita yang setiap
hari kita baca atau dengarkan lewat aneka media komunikasi ialah
mengenai korupsi, tentang keinginan atau cita-cita untuk memperoleh
kedudukan atau jabatan pimpinan yang penting, tinggi dan menguntungkan.
Dan juga tak terlupakan berita yang tiada hentinya mengenai masalah
narkoba. Pada dasarnya segala perbuatan negatif dalam masyarakat itu
bersumber pada cinta akan diri sendiri, yang hanya memperhatikan
kepentingan diri sendiri, yang disebut egoisme.
Menghadapi situasi semacam itu Yesus, baik dahulu maupun sekarang, berkata: "Supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu!".
Nah, inilah perintah baru yang diberikan kepada kita! Kasih sebagai
perintah baru yang dimaksudkan Yesus adalah kasih sejati, yang tidak
mencari diri sendiri. Bukan kasih yang hanya mau membahagiakan diri
sendiri. Kasih yang baru ini memberikan diri untuk kebutuhan dan
kebahagiaan orang lain. Kasih ini bersedia berkorban tanpa batas,
seperti dibuktikan oleh Yesus sendiri, meskipun Ia sampai dicurigai dan
tidak diterima banyak orang, justru khususnya oleh orang-orang yang
merasa dirinya taat kepada keyakinan agamanya: kaum Farisi dan ahli
Kitab.
Kasih baru yang diperintahkan dan
dilakukan Yesus itu mengandung risiko. Kasih sebagai perintah baru yang
diberikan Yesus itu tidak akan menolak siapapun. Tetapi kasih itu pasti
akan menolak siapapun dan apapun yang jahat, bagaimanapun bentuknya.
Kasih baru yang diperintahkan Yesus tidak membeda-bedakan sesama menurut
suku, bangsa, agama, kedudukan, melainkan justru mendekati setiap orang
sebagai sesama , yang adalah semartabat seperti dirinya sendiri di
hadapan Tuhan.
Ada pepatah yang berbunyi: "Cinta adalah buta".
Namun jangan sampai disalah tafsirkan. Mata hati kasih kita harus dapat
dan mau melihat keadaan orang lain seperti adanya. Kasih baru, yang
diperintahkan Yesus harus rela dan bersedia
mengampuni kesalahan sesama. Yesus telah memberi teladan bagi kita.
Murid-murid-Nya telah menyangkal Diri-Nya, tatkala Ia dituduh palsu,
dianiaya dan dihukum mati. Tetapi Yesus bukan menyalahkan, menolak dan
menghukum mereka. Justru sebaliknya! Ternyata segala kekurangan dan
kesalahan mereka bukanlah alasan bagi Yesus untuk tidak tetap mengasihi
mereka.
Dewasa ini penjara-penjara di
negara kita makin penuh sesak; jumlah rumah sakit harus diperbanyak,
agar makin mampu menampung orang-orang sakit; sungguh masih besar jumlah
besar penduduk negara kita, yang belum mampu berteduh di tempat
kediaman yang wajar. Dan dewasa ini banyak keluarga yang mengalami
aneka macam keadaan atau pengalaman yang menyedihkan. Mereka itu kini
merupakan sasaran perhatian Gereja. Untuk itulah Paus Fransiskus
memberikan anjuran apostoliknya: "Evangelii Gaudium" ("Sukacita Injil", 24 November 2013) dan "Amoris Laetitia" ("Kegembiraan Cinta", 19 Maret 2016).
Gereja tidak dapat membuat hukum
atau peraturan untuk mengatur suatu negara. Dan Pemerintahan negara
tidak membuat undang-undang atau peraturan bagi rakyat berdasarkan
kasih. Namun Gereja terpanggil untuk sesuai dengan tugas dan
kedudukannya, juga lewat warga-warganya, untuk meneruskan perintah baru
Kristus tentang kasih kepada sesama. Bila umat kristiani pada umumnya di
tengah lingkungan masyarakat masing-masing, dan khususnya di dalam
keluarga dan komunitas mereka, mau menghayati perintah baru Yesus
tentang kasih, maka mereka itu menghadirkan sukacita Injil dan mengalami
kegembiraan cinta, seperti diamanatkan oleh Paus Fransiskus.
Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.